Selasa, 21 Juli 2009

Nephrolepis

LATAR BELAKANG
Ditingkat Internasional, Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman sumber daya alam hayati tertinggi didunia, jauh lebih tinggi daripada Amerika Latin dan Afrika Tropis. Apalagi jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin. Ada sekitar 28.000 jenis tumbuhan yang ditemukan di Indonesia, dari 230.000 jenis tumbuhan yang dikenal di dunia (Lembaga Biologi Nasional,1979).
Satu hal yang sangat ironis, kekayaan hayati yang tidak ternilai harganya tersebut tidak disadari oleh semua warga negara Indonesia. Kenyataan ini nampak dengan tidak terpeliharanya hutan dengan baik di Indonesia. Salah satu contoh terbakarnya hutan pada tahun 1998 yang telah memusnahkan 4.5 juta hektar hutan. Kenyataan lain kurang pedulinya warga terhadap kekayaan alam hayati adalah kurangnya peneliti-peneliti Indonesia yang tertarik pada penelitian–penelitian tumbuh-tumbuhan di Indonesia.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dilakukan berbagai studi tentang kekayaan alam hayati di Indonesia. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengenalan tumbuh-tumbuhan yang ada baik dari segi nama maupun manfaat (Suprapto Ma’at, 1997). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan alam dan meningkatkan SDA hayati tersebut.



Pteridophyta
“Yang terpenting saat ini adalah bukanlah berapa banyak yang bisa kamu capai, tapi berapa banyak pelajaran yang kau ambil dari proses pencapaian itu”. Graham Stedman

Tiap-tiap usaha manusia kemanfaatannya kembali kepada diriny sendiri.
“Dan barangsiapa bejihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS al-‘Ankabut : 6). Dalam ayat ini Allah mengingatkan kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, karena hasilnya semata-mata untuk diri kita.


PTERIDOPHYTA
1. Karakteristik Pteridophyta

Apa itu Pteridophyta...???
Dalam dunia tumbuhan, para ahli taksonomi membagi tumbuhan dalam dua kelompok yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae. Cryptogamae (cryptos=tersembunyi, gamos=alat perkawinan) ialah golongan tumbuhan yang memiliki alat perkawinan tersembunyi atau tidak jelas, contohnya alga, lumut, dan paku-pakuan. Phanerogamae (Phaneros=tampak jelas) ialah tumbuhan yang memiliki alat perkawinan jelas terlihat atau terbuka, meliputi semua tumbuhan berbunga (Anthophyta) dan tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta).
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormus (dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya). Pteridophyta berasal dari bahasa Greek, yaitu Pteron=sayap, buku. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan dan yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.



a. Ciri-ciri Pteridophyta
Pteridophyta tergolong kromofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi yaitu :
 Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu.
 Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun (contoh : psilotum/paku telanjang) dan berdaun serupa sisik (contoh : Equisetum/paku ekor kuda).
 Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar, sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris.
Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil.
Susunan letak sporangium, (spora dihasilkan didalam kotak spora) paku ada beberapa macam yaitu:
• Sorus : sporangium dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (indusium).
• Strobilus : sporangia, membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya.
• Sporokarpium : sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelium).

Berdasarkan spora yang dihasilkan dikenal 3 jenis tumbuhan paku, yaitu :
 Paku Homosfor atau Isospor , menghasilkan satu jenis spora saja, misalnya paku kawat (Lycopodium cvlavatum ).
 Paku heterospor yaitu paku yang menghasilkan dua jenis spora, yakni mikrospora (jantan) dan makrospora (betina).
 Paku peralihan yaitu yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora), tetapi jenisnya berbeda.

b. Penyebaran dan habitat Pteridophyta
Pteridophyta hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Artika. Paku-pakuan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Ukurannya berkisar dari yang sangat kecil, seperti paku-pakuan air, sampai kepada yang berbentuk dan yang dapat mencapai ketinggian kira-kira 20 meter (misalnya paku pohon Cyathea sp). Paku-pakuan dari daerah berilkim sedang umumnya tumbuh di daratan, pada tanah atau bebatuan.

c. Manfaat Pteridophyta
Tumbuhan paku mamiliki manfaat dan peranan dalam kehidupan manusia, antara lain :
1. Tanaman hias : Adiantum (suplir), platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Aslophila (paku tiang).
2. Bahan obat : Equisetum (paku ekor kuda), untuk anti deuritik (lancar seni), Cyclophorus untuk obat pusing dan obat luar. Dryopteris untuk obat anti cacing pita, Playticerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk anti deuritik dan pencahar lemah dari sporanya.
3. Bahan sayuran : Marsilea (semanggi), Pteridium aqiulinum (paku garuda).
4. Kesuburan tanah : Azolla pinnata, karena bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru) yang dapat mengikat unsur Nitrogen dan udara.
5. Sebagai pelindung tanaman di persemaian yatiu paku Glichenia linearis.

2. Reproduksi Pteridophyta

Tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran turunan yang jelas seperti halnya Bryophyta, hanya fase gametofitnya masih berbentuk thallus yang disebut pthalium dan sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat. Adapun fase gametofit lebih singkat daripada sporofitnya. Alat kelamin pada paku yaitu :
 Anteridium menghasilkan spermatozoid
 Arkegonim menghasilkan sel telur
Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuahan paku telah dapat dibedakan dua kutub, atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang membentuk tunas (batang beserta daun-daunnya). Kutub bawah, yang letaknya berlawanan dengan ujung tunas dapat juga kita namakan kutub akar. Tetapi hanya pada Spermathophyta saja yang akarnya merupakan perkembangan lanjutan kutub akarnya. Pada pteridophyta kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Jadi embrio dari pteridophyta tidak bipolar seperti pada Spermathophyta, tetapi unipolar kerena hanya satu kutub saja yang berkembang. Akar yang keluar pertama-tama itu tidak dominan, melainkan segera disusul oleh akar-akar lain yang semuanya muncul dari batang.
Peristiwa pembentukan akar-akar dari batang yang semua tumbuh ke samping itu dinamakan homorizi. Sedang pembentukan akar-akar yang benar-benar dari kutub akar seperti terdapat pada Spermathophyta itu dinamakan alorizi. 
Untuk kepentingan penyebaran spora, sporofil terdapat agak jauh dari permukaan tanah. Sporangium tumbuhan paku mempunyai lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen (yang menghasilkan spora). Sel-sel sporogen itu membulat, memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora yang haploid dan seringkali tetap bergandengan merupakan suatu tetraeder. Pada hampir semua Pteridophyta, di sekeliling jaringan sporogen terdapat lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma, dan sel-sel tersebut berguna untuk memberi makanan kepada sel-sel sporogen. Sel-sel itu seringkali membentuk lebih dari satu lapis dan dinamakan tapetum. Tapetum menumpahkan isi selnya ke dalam ruang jaringan sporagen atau dindingnya terlarut sehingga plasma melumuri sel-sel induk spora, plasma ini dinamakan periplasmodium. Inti periplasmodium dapat bertambah banyak dengan pembelahan amotosis. Periplasmodium masuk diantara spora-spora muda yang mulai membebaskan diri dari hubungannya sebagai tetrade, memberi makan pada spora itu dan ikut mengambil bagian pada pembentukan dinding spora sampai habis terpakai. Spora yang muda mempunyai dinding yang tebal dan kuat disebut eksosporium. Menempel di sebelah dalamnya terdapat dinding tipis dari selulosa dinamakan endosporium, lapisan luar disebut perisporium. Dengan demikian spora itu mempunyai tiga lapisan dinding, yang berturut-turut dari luar ke dalam perisporium, eksosporium, dan endosporium. Spora hampir selalu tidak mengandung klorofil, tetapi seringkali berwarna agak pirang karena mengandung karotenoid. Pada kebanyakan tumbuhan paku, sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah akan menghasilkan suatu protalium yang mempunyai anteriduim dan arkegonium. Pergiliran keturunan tumbuhan paku yang homospora dengan heterospora, serta peralihan terdapat perbedaan, dapat dilihat pada skema-skema dibawah ini :







Skema Pergiliran keturunan pada Paku Homospora





 

 




Skema pergiliran keturunan pada Paku Heterospora












Skema Pergiliran Keturunan Paku Campuran (Peralihan)

3. Klasifikasi Pteridophyta

Untuk mengetahui kalsifikasai tumbuhan paku, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
 Ada tidaknya daun, dan bentuk-bentuk daun, serta susunan daunnya.
 Susunan sporangium dan bentuk sporanya.
 Bentuk dan susunan batangnya.
 Susunan anatomi tubuhnya.











Pembagian Bangsa/Ordo dari Pteridophyta
Keterangan
1. kelas : Psilotinae (psilos=telanjang)
• paku primitif,belum memiliki an. sebagian besar anggotanya sudah punah. 
contoh : Pslotum
• sporanguim dibentuk di ketiak daun.
2. kelas : Lycopodiinae (paku kawat/rambut)
• berdaun serupa rambut atau sisik dan batangnya seperti kawat. Duduk daun tersebar.
• sporanguim tersusun dalam strobilus, dibentuk di ujung cabang.
contoh : Lycopodium, Selaginella.
3. kelas : Equsetiinae (equus=kuda, seta=tangkai)
• berdaun serupa sisik dan transparan, susunannya berkarang (dalam satu lingkaran).
• batang berongga dan berbuku-buku atau beruas.
• sporangium tersusun dalam strobilus, membentuk seperti ekor kuda. Sporanya memiliki elater sebanyak 4 buah.
contoh : Equisetum (paku ekor kuda)
4. kelas : Filicinae (filix=tumbuhan paku sejati)
• Berdaun urat besar, duduk daun menyirip.
• Yang hidup di darat membentuk sporangium dalam sorus, sedangkan yang di air membentuk sporangium dalam sporokarpium.
• Daun mudanya menggulung, dan sorus dibentuk di bawah permukaan daun. contoh : Nophrolepis, Dryopteris filix-mas.





FILICINAE

“Kalau kamu mencari kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu sekarang kamu harus membuat perubahan sendiri, bukan terus menerus menunggu sesuatu terjadi padamu”.Graham Stedman


“Barangsiapa yang cita-citanya adalah dunia pastilah segala urusannya akan Allah cerai-beraikan, dan kemiskinan akan selalu terbayang di hadapan matanya. Sementara dunia yang ia peroleh sebatas yang telah Allah tetapkan baginya. Sedang orang yang cita-citanya adalah akhirat maka Allah akan melengkapi segala urusannya, dan kekayaan akan terbayang dalam hatinya. Sementara dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk “ (hadist riwayat Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syikh Al Alban)






FILICINAE
1. Karakteristik Filicinae

Golongan ini terdiri dari beraneka ragam paku-pakuan yang luar biasa banyaknya, meliputi kurang lebih 90% dari jumlah seluruh marga yang tergolong dalam filicinae dan tersebar diseluruh bumi. Terdapat didaerah tropik, paku yang berupa pohon , batangnya dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu roset daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai berapa kali, panjangnya dapat mencapai 3 meter, dan jika gugur meninggalkan bekas-bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk dalam tanah akar-akar itu bertambah panjang , kambium tidak ada, jadi batang tidak mengalami pertumbuhan sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak. Kebanyakan tumbuhan paku adalah herba dengan rimpang yang mendatar, daun yang masih muda selalu menggulung, dan sifat ini sangat karakteristik bagi warga fiicinae pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya. Tulang daunnya bercabang-cabang denga beberapa pola.



2. Reproduksi filicinae

Annulus bekerja sebagai mekanisme kohesi dan menyebabkan terbukanya sporangium, ada atau tidaknya indusium merupakan ciri-ciri pengenal yang sangat penting. Semua warga filices (leptosporangiatae) menghasilkan isospora. Dari spora itu tumbuh protalium, pada jenis-jenis tertentu protonema telah menghasilkan anteridium pada cabang-cabangnya dan arkegonium pada cabang-cabang yang terdiri dari beberapa sel. Pembelahan sel yang terus-menerus akhirnya menghasilkan suatu protalium yang melekat pada subtratnya. Pada pembentukan protalium sel pemula di ujung lalu diganti oleh beberapa sel pemula dan akhirnya terjadilah suatu badan yag bersifat seperti talus. Anteridium dan arkegonium terdapat pada satu protalium, biasanya pada sisi yang tidak menghadap matahari. Anteridium pada Leptosporangiatae berupa suatu tonjolan jaringan berbentuk bulat yang duduk tanpa tangkai pada sel protalium. Arkegonium terdapat pada bagian protalium yang berlekuk dan mulai muncul dari suatu sel permukaan pada protalium yang sudah agak tua. 





3. Klasifikasi Filicinae

Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas, yaitu :
1. Eusporangiatae
2. Leptosporangiatae
3. Hydropterides
 
Anak Kelas Eusporangiatae

Tumbuhan yang tergolong anak kelas ini mempunyai protalium di bawah tanah dan tidak berwarna, atau di bawah tanah dan berwarna hijau. Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa lapis sel , spora sama besar.
Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa :
 Bangsa Ophioglossales
Tumbuhan ini biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang pendek, pada bagian bawah mempunyai protostele, daun biasanya mempunyai bagian yang khusus untuk asimilasi, dan bagian lain yang fertil menghasilkan alat-alat reproduksi. Sporangium besar, hampir bulat, tidak mempunyai anulus, dindingnya kuat, membuka dengan suatu retak melintang atau membujur.
Bangsa ini hidup sebagi paku tanah atau epifit. Terdiri dari 3 marga :
 Ophioglossum, sporangium dalam dua baris, letaknya berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka dengan suatu retak melintang.
 Botrychium, tangkai daun fertil bercabang-cabang seperti malai, sporangium tersusun dalam dua baris sepanjang cabang-cabangnya, membuka dengan retak melintang.
 Helminthostachys,sporangium ke segala arah, jika masak pecah menurut suatu retak membujur.
 Bangsa Marattiales
Daun sangat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Tumbuh diatas tanah, berwarna hijau, bentuknya menyerupai talus lumut hati. Terdiri dari atas beberapa lapis sel. Bangsa ini meliputi 3 marga :
 Christensenia, daun menjari, beranak daun 3 atau berbentuk kaki beranak daun 4-5.
 Angiopteris, paku yang besar, daun sampai 2-5 meter menyirip ganda 2-4, anak daun menyerupai daun kedondong. Sorus memanjang, sporangium didalamnya bebas.
 Marattia, panjang daun mencapi 2 m, pada tangkai daun terdapat duri yang merupakan metamorfosis daun penumpu.


Anak kelas LEPTOSPORANGIATAE (FILICES)

Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika. Pengklasifikasian didasarkan pada :
 Pola percabangan tulang-tulang daun mempunyai percabangan dikotom.
 Susunan sporangium yaitu bentuk dan tempat sorus, letak anulus dan ada tidaknya indusium.
Leptosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :
1. Simplices, sporangium di dalam sorus terjadi secara serempak.
2. Gradatae, sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah.
3. Mixtae, pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.

Anak Kelas HYDROPTERIDES

Anak kelas ini mempunyai ciri-ciri bersifat heterospora, makrosporanguim dan mikrosporangium berdinding tipis. Tiidak memiliki annulus, terdapat dalam suatu pangkal daun, memiliki sporokarpium yang berdinding tebal dan mula-mula selalu tertutup. Makrosporangium menghasilkan makroapora yang akan tumbuh menjadi makrosporatalium dengan arkegonium. Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang tumbuh menjadi mikrosporatalium dengan anteredium. Anak kelas ini memiliki 2 suku :
1. Suku Salviniaceae
Mangapung bebas pada permukaan air, percabangan sedikit, daun berkarang. Pada tiap buku terdapat 3 daun yang terdiri dari 2 di sebelah atas dan berhadapan , berfungsi sebagai alat pengapung, yang 3 lainnya terdapat di dalam air terbagi-bagi yang merupakan badan-badan yang bentuk dan fungsinya menyerupai akar-akar. Memiliki 2 genus :
• Salvinia, disebut paku air yang mengapung.
• Azolla, umumnya terdapat di derah tropika, bentuk kecil, lunak dan bercabang-cabang, terapung pada permukaan air, memiliki akar pada sisi bawah, dan ada daun yang tenggelam sebagai penyerapan air. 

2. Suku Marsiliaceae
Ciri-cirinya :
• Hidup di paya-paya atau air dangkal.
• Berakar dalam tanah.
• Berbentuk umbi jika hidup di darat.
• Helaian daun berjumlah 4 atau 2, dengan daun muda menggulung.
Memiliki beberapa marga, antar lain :
1. Marsilea, batang merayap, dan daun bertangkai panjang dengan helaian berbelah 4.
2. Pilularia, daun berbentuk ginjal tanpa helaian daun dengan satu sporokarpium pada pangkalnya.
3. Regnellidium, memiliki daun berbelah dua.


Nephrolepis
“kalau kamu menjalani hidup penuh makna, kamu tidak akan membiarkan dirimu dikalahkan atau tersingkir oleh sebuah sistem atau kesulitan sehari-hari” (Graham Stedman)
“Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah” (QS.Qaf :7)






Nephrolepis
1. Karakteristik Umum Nephrolepis

Bagaimana karakteristik Nephrolepis……????
Nephrolepis memiliki karakterisik yang mudah dikenali :
 Batang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah (rhizoma), kadang-kadang tumbuh di bawah permukaan tanah (stolon) yaitu pada Cyatheaceae, pada sebagian spesies mencapai panjang 20 meter.
 Memiliki daun berwarna hijau sebagai organ fotosintesis, serta memiliki hidatoda pada sisi atas daun. Daun-daun ini dibagi menjadi 3 tipe ;
o Tropofil, daun yang menghasilkan gula untuk fotosintesis.
o Sporofil, daun yang menghasilkan spora untuk perkembangbiakan.
o Bropofil, daun yang menghasilkan lebih banyak spora, lebih besar dari daun-daun yang lain.
 Memiliki akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.

2. Klasifikasi Nephrolepis

Nephrolepis memiliki kurang lebih 20.000 spesies yang merupakan divisi Pteridophyta.
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Beberapa spesies Nephrolepis, antara lain :
 Nephrolepis bisseratum (Paku Harupat)
 Nephrolepis cordifolia (Paku Sepat)
 Nephrolepis exaltata (Paku Gunung)
 Nephrolepis hirsutula (Paku Kinca)
 Nephrolepis falcata (Paku Sepat)
 Nephrolepis multiflora 
 Nephrolepis pectinata

1. Nephrolepis bisserata (paku harupat)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis bisserata

Paku ini dikenal sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Biasanya orang menanm paku harupat di pot-pot atau di pinggir pagar tembok untuk melembutkan suasana.
Di alam paku ini tumbuh di tempat yang terbuka, kadang-kadang tumbuh di tempat yang terlindung, di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula di pohon-pohon palem secara epifit, dapat pula tumbuh di sela-sela bebatuan apabila terisi dengan humus. Orang Sunda menyebutnya paku harupat, mungkin karena suka tumbuh di pohon-pohon palem, kata harupat sebenarnya berarti lidi aren. Mungkin juga nama tersebut berasal dari tangkai daunnya yang tegak dan kaku seperti lidi.
b. Karakteristik 
Tangkai daunnya bersisik lembut, sisik-sisik tersebut berwarna coklat, panjang daunnya dapat mencapai 2 m bila tumbuh di tempat yang cocok. Bentuk daun subur lebih besar dari daun mandul, pada daun subur bentunya lancip dengan dasar yang berkuping. Sporanya terletak dipinggir daun. Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis paku lain karena letak sporanya yang tidak merata.

c. Penyebaran 
Paku harupat umum tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan di lereng-lereng gunung namun menyukai dataran rendah.

2. Nephrolepis hirsutula (paku kinca)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis hirsutula

Paku kinca di Indonesia dikenal pula dengan nama paku andam, paku jeler, paku sepat atau paku cecerenean. Sudah banyak dikenal terutama di daerah Sunda.

b. Karakteristik
Tubuhnya berumpun, batangnya pendek. Rimpanynya mula-mula menjalar, kemudian tunbuh tergak, warnanya gelap, tangkainya ditutupi sisik-sisik yang warnanya pucat. Panjangnya 60-100 cm dan ada kalanya lebih panjang. Helaian daun tersusun lebih rapat, bentuknya memanjang dan tepinya agak berombak, helain daun yang letaknya di atas lebih kecil, daun-daun yang subur lebih sempit daipada daun yang mandul. Indusia terdapat ditepi daun bagian bawah, bentuknya bundar seperti ginjal dan bersudut sempit, letaknya berderet-deret.


c. Penyebaran
Penyebarannya luas dari Eropa, Asia, Pasifik, dan Australia. Di jawa banyak dijumpai terutama pada hutan-hutan basah di dataran rendah. Biasanya tumbuh berkelompok atau bercampur dengan jenis tumbuhan lain. Tanah yang berbatu0batu, tanah cadas atau batu-batu kapur adalah tempat yang disukainya. 

d. Manfaat
o Daun mudanya dapat dibuat sayur
o Ikatan pembuluhnya yang kuat dapat dibuat topi.

3. Nephrolepis falcata (paku cecerenean)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis falcata
 Jenis ini sering disebut paku cecerenean atau paku sepat (Sunda) seperti halnya Nephrolepis hirsutula. Dapat berkembang biak dengan cepat.

b. Karakteristik 
Tumbuhnya berumpun dengan rimpang yang padat dan panjang. Rimpang-rimpang inilah yang kelak membantu berkembang biak dengan cepat, entalnya panjang, dapat mencapai 2 m. Daunnya tunggal yang letaknya agak berselang-seling. Bentuknya meruncing, panjangnya 5 cm dan lebarnya 1,5 cm. Tangkai daunnya rapat, panjangnya antara 10-20 cm, pada permukaan tangkai daun terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua. Daun yang mandul lebih besar ukurannya dariipada daun yang subur. Indusia terdapat di tepi daun bagian bawah, bentunya hampir bulat, letaknya berderet.

c. Penyebaran 
Jenis ini tersebar luas di Malaysia, Siam, Indochina, Kuba, Meksiko, Peru, Brazil sampai ke Angola dan Australia. Di alam sering ditemukan tumbuh di hutan-hutan dataran rendah sampai ke pengunungan. Tumbuhnya berkelompok atau bercampur dengan tumbuhan lainnya. Bila tumbuh secara epifit, dapat hidup di sela-sela batang pohon, di ketiak pohon aren, atau jenis palem lainnya, bisa juga dijumpai tumbuh bersama-sama rumpun paku sarang burung. Menyukai tanah yang berbatu-batu, tanah gembur di tepi-tepi sungai dan tebing. Di perkebunan-perkebunan besar paku ini termasuk tumbuhan pengganggu.

d. Manfaat 
Dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan baik sekali sebagai penutup tanah atau hiasan batas. 

4. Nephroleps exaltata( paku gunung)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata

Tanaman ini biasa disebut paku boston. Nama bahasa inggrisnya boston fern atau sword fern. Mudah mengenali tanaman ini, daunnya hijau muda, dengan bintik hitam di bagian bawah.




b. Karakteristik 
Bintik hitam itu adalah spora untuk perkembangbiakannya. Bentuk daun panjang-panjang, tidak tegak, tidak pula menjuntai. Tanaman ni biasa diletakkan di manapun. Orang umumnya menanam sebagai tanaman pembatas, tanaman di pot untuk penghias ruangan, atau ditanam di pot gantung.


   
3. Reproduksi Nephrolepis

Nephrolepis memilki fase gametofit yang hidupnya bebas. Beberapa ciri reproduksi Nephrolepis:
1. Fase sporofit (diploid) yang menghasilkan spora haploid melalui pembelahan miosis.
2. Spora tersebut tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit, untuk fotosistesis protalus.
3. Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.
4. Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri pada protalus.
5. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit (tumbuhan Nephrolepis).

4. Habitat Umum Nephrolepis

Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik.

5. Arti Penting Nephrolepis

Selain sebagai tanaman hias, Nephrolepis ini memiliki manfaat yang istimewa khususnya pada Nephrolepis Exaltata, pelitian Badan Antariksa AS (NASA) menyebutkan tanaman ini sebagai penyerap paling efektif, terutama formaldehid, xylene, trichlloroethylen, dan karbon monoksida. NASA bahkan merekomendasi tanaman ini diletakkan dalam ruangan, karena mampu menyerap formaldehid dari tembok maupun furniture. Selain mudah dikembangkan, mudah perawatannya, tanaman ini pun relative murah harganya.
Selain itu dari segi ekonomi, Nephrolepis memilki manfaat :
• Sebagai bahan pembuatan obat cacing.
• Dapat mengobati kanker perut.
• Digunakan sebagai bahan bangunan di derah-daerah tropis.
• Sebagai sayur-sayuran.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PTERIDOPHYTA
1) Nilai Agama/Religius
paku merupakan tumbuhan yang daunnya membentuk bangun sayap, begitulah Allah memperlihatkan sesuatu agar kita mudah mengenalinya. Selain itu paku hidup di alam terbuka dan jarang dipelihara oleh sebagian orang, namun Allah memberikan suatu potensi pada paku ini sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Allah sebaik-baiknya Maha Pencipta, menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia dan penuh tujuan.


2) Nilai Intelektual
Pada awalnya tumbuhan paku (Pteridophyta) dibagi menjadi kelas yaitu :
• Psilotina
Paku tanpa daun (telanjang) dengan sporangium terletak pada buku.
• Equisetiinae
Paku yang sudah memiliki daun berupa sisik atau rambut, dengan duduk daun berkarang dan spora berflagel/ada elater.
• Lycopodiinae 
Paku yang sudah berdaun dan sporangium dalam strobilus dengan duduk daun tersebar pada batang, serta spora tidak berflagel.
• Filicinae
Paku yang sudah berdaun lebar dengan duduk daun membentuk sayap dan sporangium terletak dalam sorus atau sporokarpium.
 Pada perkembangan selajutnya ilmu taksonomi medern menjadikan masing-masing kelas di atas menjadi divisi karena dilihat perbedaan-perbedaan yang mendasar di atas, sedangkan divisi Pteridophyta (pteron=sayap, bulu) hanya terdiri dari kelas Filicinae dengan daun yang berbentuk sayap.
3) Nilai Praktis
Nilai praktis atau kegunaan dari paku dalam kehidupan manusia, antara lain sebagi :
 Tanaman hias : Adiantum (suplir), Nephrolepis, Platycerium (paku tanduk rusa).
 Bahan obat : Equisetum (paku ekor kuda) untuk antideuretik/lancar seni.
 Bahan sayuran : Marsilea (semanggi) 
 Kesuburan tanah : Azolla pinnata

4) Nilai Sosial 
Psilotinae/Psilophyta disebut juga paku tenjang karena paku ini tidak memilki daun, dengan sporangium pada bukunya. Paku ini dilihat dari ilmu evolusi merupakan paku yang paling primitif, dibanding dengan paku jenis lain yang sudah memilki daun. Hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa sesuatu yang vulgar atau terbuka bukanlah sebagai sesuatu yang modern atau menandakan suatu kemajuan dalam peradaban, namun sesuatu yang vulgar tersebut menandakan bahwa peradaban itu masih terbelakang.
5) Nilai Pendidikan
Pada paku Heterospor, menghasilkan spora yang berukuran besar (megaspora) tumbuh menjadi prothalium yang menghasilkan arkegonia, sedangkan yang berukuran kecil (mikrspora) tumbuh menjadi prothalium yang menghasilkan anteridia. Hal ini dapat memberikan kita pelajaran bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan serta memiliki peranan masing-masing yang begitu penting yang harus dijaga sebagi amanah sang Kholik dengan cara saling menghargai hak-hak satu sama lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar