Sabtu, 29 Juni 2013

rezeki itu dari Allah...

Bagi sebagian orang, rezeki itu hanya sebatas harta (uang, emas, berlian, rumah). Tapi sesungguhnya rezeki itu sangat dekat dengan manusia, bahkan tanpa kita sadari sebelum kita mengtahui apa yg dimaksud dengan rezeki ketika kita dilahirkan, kita sudah menikmati rezeki itu. Bahkan beribu-ribu tahun sebelum kita diciptakan rezeki itu sudah diatur sedemikian rupa oleh sang pemiliknya yaitu Allah, ArrazaQ (Maha pemberi Rezeki).

Saudara ku dimana saja berada, marilah kita sama2 ingat, bahwa rezeki pertama yg kita terima sesaat setelah kita dilahirkan adalah IBU kita, kemudian udara bebas dari dunia, Subhanallah begitulah cara Allah melindungi ciptaanNya.

saudara ku, pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita yang sedih, stres, atau galau karena mereka merasa diri kurang rezeki, bahkan tidak sedikit dari kita yang mengeluh karena belum mendapat ini dan itu !! Astagfirullah..Marilah kita memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu kita.

Ketahuilah, bahwa rezeki itu luas, setiap detik kita menghirup oksigen ?? bagimana jika tidak ada oksigen ?
(itu rezeki)
setiap haus kita mencari air ! bagimana jika tidak ada air ? (itu juga rezeki)
setiap hari kita makan ! bagaiman jika di bumi ini tdk ada makanan ? (itu juga rezeki)
sejak kita lahir kita memiliki orang tua, saudara, kerabat, sahabat ? bagaimana jika mereka tdk diciptakan untuk kita ?? (itu juga rezeki)
selama kita hidup, kita belum pernah merasakan kelaparan ! jika kelaparan mungkin sekarang kita sudah menjadi ahli kubur. (apapun yang kita makan itu rezeki, usahakan yang halal tentunya)
selama kita hidup, kita belum pernah tidur di lapangan dan tanpa pakaian ! tempat tinggal adalah rezeki dan pakaian adalah rezeki (tentunya kita sama-sama meminta sama Allah) semoga kita diberikan tempat tinggal yang layak, dan pakaian ketakwaan.
Allah sudah menjelaskan bahwa yang mengatur rezeki adalah Allah, kita tinggal berusaha, berdoa, dan bertawakkal kepadaNya, tidak pakai galauuu yaa,,hhee
ne dia dua diantara surah ttg rezeki (hampir dsemua surah Al-Quran disebutkan ttg reseki)
" Dan berapa banyak makhluk yang bergerak yang bernyawa yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui" (Qs. Al- Ankabut : 60)
"Allah Maha Lembut terhadap hamba-hambaNya, Dia memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Kuat, Maha Perkasa" (QS. Asy-Syura' : 19)

Sebagai seorang muslim, kita memiliki kewajiban atas karunia yang telah dan akan kita terima yaitu dng cara BERSYUKUR.
"Maka ingatkah kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku" (QS. Al-Baqarah: 152)

Tentunya disini masih ada pertanyaan, bagaimana cara kita bersyukur??? (insyaallah tulisan ini akan sy sambung lagi di kesempatan berikutnya). amiin

Marilah kita sama-sama berdoa dalam setiap kesempatan sebagaimana doa Nabi Sulaiman (Nabi penguasa bahasa dan angin, biar kita tidak salah persepsi bahwa manusia penguasa angin sebenarnya adalah Nabi Sulaiman, bukan Avatar/aang yaa,,hhehee ),,
ini dia doa Beliau dalan surah ke-27,,, (mudah-mudahan ada waktu utk membuka surah tsb)
"Ya Tuhan ku, anugerahkan aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat yang engkau anugerahkan kepada ku dan kepada kedua orangtuaku, dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai, dan masukkanlah aku dengan rahmat Mu kedalam golongan hamba-hamba Mu yang soleh"

Semoga tulisan ini bermanfaat:
Thauhidayatul Hidayah,
Geger arum. 30/06/2013.12:36





Selasa, 21 Juli 2009

bUku Vigna radiata (kacang hijau)

BAB I
PENDAHULUAN

1.2 . Latar Belakang Penelitian

Vigna radiata (kacang hijau) merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah.
Sampai saat ini perhatian masyarakat terhadap Vigna radiata masih kurang. Kurangnya perhatian ini diantaranya disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih rendah. Di samping itu, panen Vigna radiata ini harus dikerjakan beberapa kali. Selain hal tersebut, masyarakat kurang mengetahui manfaat lain dari Vigna radiata ini. Tidak hanya untuk konsumsi semata melainkan dapat dijadikan sumber obat-obatan. 
Peningkatan produksi Vigna radiata dilakukan dengan cara memperbaiki kultur teknis petani, mendapatkan varietas-varietas yang produksinya tinggi dan masak serempak, serta peningkatan usaha pasaca panen.
Dari segi agronomis dapat dilakukan dengan tindakan pemupukan NPK dan pengaturan jumlah populasi, jarak tanam, sanitasi, pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Tanaman Vigna radiata diduga berasal dari kawasan India dan telah lama dikenal dan ditanam oleh petani di Indonesia. Vigna radiata memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan yang lain yaitu :
1. Lebih tahan terhadap kekeringan.
2. Hama dan penyakit relative sedikit.
3. Panen relative cepat, pada umur 55-60 hari.
4. Cara tanam dan pengelolaan dilapangannya serta perlakuan pasca panen relative mudah.
5. Kegagalan panen total relatif kecil.
6. Harga jual tinggi dan stabil.
7. Dapat dikonsumsi langsung dengan pengolahan yang mudah.

1.3 . Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tahapan pertumbuhan suatu tanaman khususnya Vigna radiata (kacang hijau). Selain itu dapat melatih keterampilan Mahasiswa dam Mahasiswi mengenai cara menanam suatu tumbuhan dengan baik. 

1.4 . Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu memberi informasi kepada Mahasiswa tentang cara yang baik dalam menanam suatu tanaman budi daya dan juga sebagai sumber informasi ilmiah.







BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Taksonomi Tanaman
Vigna radiata (Kacang Hijau ) merupakan salah satu spesies dari familia Fabaceae atau dikenal dengan tanaman polong-polongan. Fabaceae pernah dikenal dengan nama Leguminosae serta Papilionaceae. Nama yang terakhir ini kurang tepat, dan sekarang dipakai sebagai nama salah satu subsukunya. Dalam dunia pertanian tumbuhan anggota suku ini seringkali disebut sebagai tanaman legum (legume). Familia ini memiliki ciri yang khas pada bunganya yaitu berbentuk kupu-kupu, petal berjumlah 5 yang terdiri dari 1 vexillum, 2 alae, dan 2 carina. 

Ket :
1. Bendera
2. Sayap (alae, sepasang)
3. Lunas (carina, melindungi benang sari dan putik).


Klasifikasi Vigna radiata :
Divisio : Magnoliophyta
Clasiss : Magnoliopsida
Subclasiss : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : vigna
Species :Vigna radiata  



Magnoliophyta merupakan tumbuhan yang dulu dikenal dengan angiospermae. Kelompok tumbuhan ini memiliki alat perkembangbiakan berupa bunga. Bunga tersebut memiliki Makrosporofil (daun buah) yang membentuk badan yang disebut putik dan bakal biji didalamnya (tidak tampak), dedangkan mikrosporofil (benang sari) terpisah atau terkumpul pada satu bunga. Pada umumnya bunga mempunyai perhiasan yang terdiri atas kelopak (calix) dan mahkota (corolla). Tumbuhan Magnoliophyta memiliki akar tunggang dan akar serabut. 
Divisio Magnoliophyta terdiri atas dua kelas yaitu magnoliopsida (dicotiledonae) dan liliopsida (monocotiledonae). Magnoliopsida memiliki 64 ordo, 318 familia, dan kurang lebih 165.000 species, sedangkan liliopsida mempunyai 19 ordo, 65 familia, dan kurang lebih 50.000 species (Conqruist, 1981: 2). 
Catatan fosil memperlihatkan bahwa angiopermae diperkirakan muncul pada awal periode cretaceous (kurang lebih 130 juta tahun yang lalu). Angispermaae yang hidup pada periode itu diperkirakan mempunyai polen tipe monosculat dan daun berukurna kecil dan sederhana dengan venasi kurang lebih menjla. Ciri polen dan daun seperti itu merupakan ciri salah satu subkelas angispermae, yaitu magnoliidae.
Species Vigna radiata termasuk subkelas Rosidae merupakan dicotiledonae dengan polen binukleat atau kadang-kadang trinukleat. Subkelas Rosidae ini terdiri atas 18 ordo, 114 familia dan anggotanya sekitar 58.000 species. Subkelas ini termasuk subkelas terbesar dari Angiopermae dalam hal jumlah familia dan jumlah species. Ke 18 ordo tersebut adalah Rosales, Fabales, Proteales, Podostemales, Haloragales, Myrtales, Rhizophotales, Cornales, Santanales, Rafflesiales, Cetaltrales, Euphorniales, Rhamnalaes, Linales, Polygalales, Sapindales, Geraniales, dan Apiales. 

2.2. Deskripsi Tanaman 
Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama daerah, seperti artak (Madura), kacang wilis (Bali), buwe (Flores), tibowang cadi (Makassar), Kacang hejo (Sunda). 
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya.cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat, dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau ada yang ungu.
Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua.
 Bunga pada Vigna radiata tipe kupu-kupu, zigomorf (hanya dapat dibagi oleh satu bidang simetri), khas dengan mahkota bunga yang tidak sama bentuknya. Mahkota termodifikasi menjadi tiga bagian: bendera (vexillum), sayap (alae), dan lunas (carina). Bagian lunas melindungi organ seksual benang sari dan putik. Karena terlindungi inilah tumbuhan kacang-kacangan biasanya merupakan tumbuhan berpenyerbukan sendiri.
Bunga kacang hijau berwarna kuning, Bunga biasanya tunggal, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri.
Buah kacang hijau merupakan polong bulat memanjang antara 6-15 cm. Warna buahnya hijau ketika masih muda dan ungu tua setelah cukup tua. Di dalam setiap buah terdapat 5-10 biji kacang hijau. Biji tersebut ada yang mengkilap dan ada pula yang kusam, tergantung jenisnya. 
Biji kacang hijau berbentuk bulat atau lonjong, umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga yang berwarna kuning, coklat atau berbintik-bintik hitam. Dua jenis kacang hijau yang paling terkenal adalah golden gram dan green gram. Golden gram merupakan kacang hijau yang berwarna keemasan.





2.3. Habitat Tanaman
Vigna radiata (Kacang hijau) merupakan tanaman `musim hangat` dan akan tumbuh di dalam rata-rata rentang suhu sekitar 20-40 ° C, suhu optimum antara 28- 30 ° C. Oleh karena itu, tanaman ini dapat tumbuh di musim panas dan musim gugur di daerah hangat, subtropis dan pada ketinggian di bawah 2000 m di daerah tropis. 
2.4. Distribusi Tanaman
Asal dan persebaran geografis Vigna radiata (kacang hijau) berasal dari India atau daerah Indo-Burma. Kacang ini tersebar pada awal zaman ke hampir semua Negara-Negara Asia. Kendati kacang ini telah tersebar luas, kacang hijau tidak pernah menjadi suatu hasil panen komersil utama di luar Asia. Di kebanyakan negara-negara Asia Tenggara, kacang hijau tergolong di antara tiga kacang polong butir terpenting.

2.5. Manfaat dan Khasiat Tanaman
  Kandungan Vigna radiata 

Vigna radiata atau yang kita kenal dengan nama kacang hijau , yang sering kita konsumsi dalam kehidupan sehari-hari ternyata kaya karbohidrat dan protein, tapi rendah lemak. Kandungan Vigna radiata ini diantaranya protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin B1, dan vitamin B2. 
Protein Vigna radiata kaya akan asam amino leusin, arginin, isoleusin, valin dan lisin. Kualitas protein Vigna radiata seperti halnya kacang-kacangan yang lain dibatasi oleh kandungan asam amino bersulfur seperti metionin dan sistein. 
Kendati demikian, dibandingkan jenis kacang lainnya, kandungan metionin dan sistein pada Vigna radiata masih relatif lebih tinggi. Keseimbangan asam amino pada Vigna radiata mirip dan sebanding dengan kedelai. 
Kandungan lemak dalam Vigna radiata relatif sedikit (1-1,2 persen). Keadaan ini menguntungkan, sebab dengan kandungan lemak yang rendah, Vigna radiata dapat disimpan lebih lama dibandingkan kacang-kacangan lainnya.
Kebutuhan Vitamin B1 terutama untuk mereka yang bekerja lebih banyak menggunakan tenaga (energi) antara lain : olahragawan, anak-anak dalam masa pertumbuhan. Juga ibu hamil dan menyusui sangat membutuhkan Vigna radiata karena kandungan Vitamin B1 dalam ASI sangat bergantung pada ada tidaknya Vitamin B1 dalam makanan yang dikonsumsi ibu.
Kandungan Vitamin B2 sangat bermanfaat bagi kesehatan karena dapat membantu penyerapan protein dalam tubuh. Selain itu juga berfungsi untuk membantu pertumbuhan badan sebagaimana Vitamin B1.

  Khasiat Vigna radiata 
Selain sebagai sumber makanan, Vigna radiata ini memiliki khasiat, diantaranya :
1. Vitamin B2 yang terkandung pada Vigna radiata dapat membantu penyerapan protein di dalam tubuh. Antioksidan yang ada di Vigna radiata sangat baik untuk mencegah penuaan dini dan mencegah penyebaran sel kanker, dan tentu saja kandungan vitamin E-nya membantu meningkatkan kesuburan.
2. Meningkatkan kesuburan pasangan suami istri.
3. Dapat mengobati beberapa penyakit seperti bisul, sakit perut, biang keringat anak-anak, rambut rontok, mag, varises, dan demam. 
  Resep untuk mengobati penyakit bisul : Rebus 50 gram kacang merah kecil dengan 50 gram Vigna radiata (kacang hijau), 50 gram kacang hitam dan 2 ruas jahe. Semua bahan, kecuali jahe, direbus. Jahe direbus tersendiri dan hasil rebusan jahe dicampurkan ke rebusan kacang-kacangan tadi. Lalu minum teratur. Namun, ramuan ini hanya untuk bisul yang belum matang. Kalau bisul sudah matang, harus ditambahkan lagi madu.
  Resep untuk mengobati sakit perut : Rebus 60 gram Vigna radiata (kacang hijau) tambahkan 15 biji merica, 3 gram kayu manis, 3 gram pala, 3 gram kapulaga, 3 gram cengkih, dan 2 ruas jahe. Semua bahan direbus dengan air 1 liter. Panaskan terus sampai menjadi larutan sebanyak 1/2 liter, lalu minum teratur.
  Resep untuk mengobati biang keringat pada anak-anak : Rebus 60 gram Vigna radiata (kacang hijau) yang sudah dijadikan bubuk dulu, lalu tambahkan 50 gram tanaman krokot, rebus dengan air secukupnya. Setelah matang, saring, lalu minumkan 3 kali sehari.
  Resep untuk mengobati rambut rontok : Vigna radiata (kacang hijau) direbus dengan 1 gelas air. Perhatikan saat merebus jangan sampai kacangnya pecah. Jadi setelah tampak agak matang, tetapi tidak pecah, segera angkat. Setelah dingin, air rebusan Vigna radiata (kacang hijau) ini digunakan untuk membasahi kulit kepala sembari dipijit-pijit beberapa lama. Biarkan kering, baru keramas.
  Resep untuk mengobati Mag : 1/4 kg Vigna radiata (kacang hijau) dijemur sampai kering lalu tumbuk sampai halus. Setelah itu ambil 1 sendok makan bubuk Vigna radiata (kacang hijau), lalu seduh dengan air hangat secukupnya, minum teratur.
  Resep untuk mengobati Varises : 1 genggam Vigna radiata (kacang hijau) direbus dengan 2 gelas air. Biarkan sampai airnya susut sebanyak 1 gelas. Minum rebusan ini 2 kali sehari, pagi dan menjelang tidur. Selain itu, saat akan tidur, angkat kaki dan tempatkan di tempat yang lebih tinggi dari kepala, diamkan selama 10 menit, lakukan dengan rajin sembari minum rebusan Vigna radiata (kacang hijau).
  Resep untuk mengobati Demam pada bayi : Berikan 1 gelas air rebusan Vigna radiata (kacang hijau) ditambah 1 sendok makan madu untuk bayi yang terserang demam.


 2.6. Budi daya Tanaman
Untuk budi daya Vigna radiata (kacang hijau) perlu diperhatikan beberapa hal :
  Syarat Tumbuh
1. Tanah : tekstur liat berlempung banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainase yang baik, Struktur tanah gembur, Ph 5,8 7,0 optimal 6,7.
2. Iklim : Curah hujan optimal 50 - 200 mm/bln, temperatur 25o - 27o C dengan kelembaban udara 50 - 80% dan cukup mendapat sinar matahari.


  Teknologi Budidaya
1. Benih 
Varietas Umur (hari) Sifat khusus
Murai 63 Tahan penyakit bercak daun
Perkutut 60 Tahan penyakit embun tepung, Agak tahan penyakit bercak daun
Kenari 60-65 Agak tahan penyakit bercak daun : Toleran penyakit karat
Sriri 60-65 Toleran penyakit embun tepung

2. Pengelolaan Tanah 
• Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak dilakukan pengolahan tanah (TOT). Penyiapan lahan yang baik dilakukan sebelum tanam.
• Pada tanah bertekstur ringan tidak perlu dilakukan pengolahan tanah.
• Pada lahan kering (tegalan) pengolahan tanah dilakukan intensif dibersihkan dari rumput, dicangkul hingga gembur (untuk tanah tegalan yang berat pembajakan dilakukan sedalam 15-20 cm), dibuat petakan 3-4 m.
• Tanah tegalan bekas tanaman jagung, kedelai atau padi gogo perlu pengolahan tanah minimal.
• Pemberian mulsa jerami sekitar 5 ton/ha agar dapat menekan pertumbuhan gulma, mencegah penguapan air dan perbaikan struktur tanah.

3. Penanaman
 Waktu Tanam : Pada lahan sawah tanaman kacang hijau ditanam pada musim kemarau setelah padi. Sedangkan dilahan tegalan dilakukan pada awal musim hujan.
 Cara Tanam : Benih ditanam dengan cara tugal, dengan jarak 40 cm x 10 cm atau 40 cm x 15 cm, tiap lubang diisi 2 biji.
4. Pemupukan 
• Pada lahan sawah bekas tanaman padi tidak perlu dilakukan pemupukan.
• Pada lahan kering diperlukan pemupukan dengan NPK.
• Pada tanah yang kurang subur dilakukan pemupukan 45 kg Urea + 45 - 90 kg TSP + 50 kg KCL/ha.
• Penambahan pupuk organik seperti pupuk kompos, pupuk kandang dapat meningkat kapasitas menahan air didalam tanah.
5. Pengairan : Tanaman kacang hijau relatif tahan kering, namun tetap memerlukan pengairan terutama pada periode kritis pada waktu perkecambahan, menjelang berbungan dan pembentukan polong.
6. Penyiangan : Penyiangan dilakukan seawal mungkin karena kacang hijau tidak tahan bersaing dengan gulma. Penyiangan dilakukan 2 kali pada umur 2 dan 4 minggu.
7. Pengendalian hama dan penyakit
 Hama 
• Hama yang sering menyerang adalah Agromyza phaseolli (lalat kacang) Meruca testualitis, Spidoptera sp, Plusia chalsites (ulat) dan kutu trips.
• Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan varietas unggul yang tahan hama penyakit.
 Penyakit
• Penyakit kacang hijau yang sering ditemui antara lain Scierotium rolfsii, Cercospora Canescens (bercak daun).

  Panen dan Pasca panen
1. Panen : Kacang hijau dipanen sesuai dengan umur varietas, Tanda-tanda lain bahwa kacang hijau telah siap untuk di panen adalah berubahnya warna polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. kesatu dan ke dua 3-5 hari.
2. Pasca Panen : Pengeringan polong dilakukan selama 2-3 hari dibawah sinar matahari. 





BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Waktu : 16-29 April 2009
Tempat : jln.cilimus. Bandung 
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
 Pot berukuran kecil
 Tanah sebagai medium tumbuh
 Biji Vigna radiata (kacang hijau)
 Air
 Penggaris, untuk mengukur panjang tanaman.

3.3. Metode Perlakuan
Dalam penelitian ini, ditentukan varibel-variabel sebagai berikut :
 Variabel bebas : jumlah biji, sinar matahari, suhu.
 Variabel terikat : Pertumbuhan dan panjang tanaman Vigna radiata 
Biji Vigna radiata tersebut ditanam dalam pot yang sudah beriisi tanah. Sebelumnya biji tersebut direndam dalam air selama kurang lebih 2 jam. Biji yang baik dapat ditandai dengan tenggelamnya biji pada saat perendaman. Dalam penelitian ini digunakan 4 buah pot kecil, masing-masing pot berisi 10 biji. Ke empat pot tersebut ditempatkan pada tempat yang mudah terkena cahaya matahari. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara mengukur panjang tanaman hingga tumbuhnya daun.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel Analisa Perkecambahan Dan Pertumbuhan :
No. Gambar Keterangan
1. 
Setelah 2 hari penanaman benih, terlihat biji sudah mulai berkecambah, ukurannya ± 0,5 cm.
2. 
Hari ke-3, kecambah sudah mulai menancapkan akarnya pada substrat (tanah), ukuran kecambah ± 4 cm.
3. 

 Hari ke-4, tanaman sudah mulai panjang dengan ukuran ±7 cm. Tanaman yang diukur adalah tanaman yang paling panjang pada pot tersebut.
4. 
 Hari ke-5, rata-rata ukuran tanaman ± 10 cm.
5. 
Hari ke-6, tanaman sudah mulai mengeluarkan daun pertama dari kotiledonnya, ukuran tanaman ± 15 cm
6. 
Pada hari ke-7, daun sudah kelihatan jelas dan mengarah ke atas ukuran kecambah 18 cm. 
7. 
Hari ke-8, terlihat batang tanaman sudah mulai membesar dati ukuran batang sebelumnya, daun terlihat mulai melebar, panjang tanaman ± 23 cm. 
8. 
 Pada Hari ke-9, tanaman sudah cukup panjang, ukuran tanaman lebih dari 27 cm. 
9. 
Setelah tanaman dipindahkan, beberapa hari kemudian tumbuh daun. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling.
10. 
Setelah ± 2 minggu pengamatan, terlihat tanaman sudah mulai berbunga, bunga tersebut keluar dari batang. Namun bunganya masih kuncup. 





4.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan melihat perkembangan tanaman mualai dari perkecambahan. Pada penelitian ini digunakan biji Vigna radiata (Kacang hijau). Untuk melihat pertumbuhannya, biji kacang hijau tersebut ditanam pada pot dengan menggunakan substrat alami yakni tanah. Sebelum biji tersebut ditanam, biji direndam terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan biji yang bagus, yakni dipilih biji yang tenggelam. 
Pada awal penanaman, pot-pot tersebut ditempatkan pada tempat yang mudah terkena cahaya matahari. Dan dilakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore). 4 hari kemudian, tanaman tersebut kurang mendapat cahaya matahari (kondisi hujan) sehingga pertumbuhan tanaman lebih ke arah memanjang. Namun beberapa hari kemudian, pertumbuhannya cukup bagus yakni pertumbuhan daunnya dari hijau muda menjadi hijau pekat. Setelah ± 9 hari penanaman, warna daun mulai terlihat agak kusam dan tidak sama besar, selain itu batang tanaman tidak memperlihatkan pertumbuhan, hal ini dimungkinkan karena nutrisi tanah pada pot tersebut berkurang. Akhirnya untuk menanggulangi hal tersebut, tanaman dipindakhan ke pot yang berbeda agar pertumbuhannya maksimal. 
Dari hasil pengamatan di atas, dapat diketahui bahwa tanaman kacang hijau memerlukan waktu perkecambahan ± 3 hari setelah penanaman. Perkecambahan pada kacang hijau ini termasuk dalam perkecambahan epigeal. Pada perkecambahan epigeal ini, hipokotil tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Dari hasil pengamatan, terlihat tanaman mulai berdaun pada hari ke-6, dan daun trifoliate (terdiri dari tiga helaian) terlihat setelah penanaman lebih dari 1 minggu. Setelah ± 2 minggu penanaman, tumbuh bunga dari batang tanaman.













BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Vigna radiata (Kacang hijau) merupakan salah satu familia Fabaceae yang memiliki daun trifoliate dan bunga tipe kupu-kupu, selain itu dapat dijadikan sumber obat terutama bijinya. Pertumbuhannya mulai dari kecambah dalam waktu 3 hari, daun trifoliate terlihat setelah >1 minggu penanaman, tumbuhnya bunga setelah ± 2 minggu penanaman. 
5.2. Saran
Untuk penelitian selanjutnya, dalam penanaman suatu tumbuhan sebaiknya menggunakan pupuk agar tumbuhan tersebut tumbuh maksimal. Perlakuan dan kondisi penanaman juga harus diperhatikan. 















DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen. 2009. Petunjuk Praktikum Botani Phanerogamae. Bandung.Jurusan Pendidikan Biologi UPI. 
[Online]Tersedia: http://www.proseanet.org/prohati4/printer.php?photoid=328[23 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://www.geocities.com/RainForest/Canopy/8087/distribusi.htm[30 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://erabaru.or.id/20081017160/kecambah-kacang-hijau-punya-nilai-gizi-tinggi.html[30 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://racik.wordpress.com/2007/04/07/kacang-hijau sembuhkan-berbagai-penyakit/[3 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/08/dasar-agronomi-kacang-hijau.html[23 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/02/kacang-hijau.html[23 Mei 2009]
[Online]Tersedia: http://sarikedelai.blogspot.com/2009/03/kandungan-dan-khasiat-kacang-hijau.html[31 Mei 2009]




Thauhidayatul Hidayah, Mahasiswi yang sedang mengenyam pendidikan di “kota kembang”,,,Jawa Barat,,tepatnya di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia)_biasanya diplesetin Universitas Paling Indah,,heee....
 Angkatan 2007_lahir di Lombok 21 tahun silam.
Sebelumnya penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Mataram, SMP Negeri 15 Mataram, dan SD Tanjung.Lombok Barat. Sekarang aktif di ICT Merdeka Bandung.
Motto “Berjalanlah sesuai tujuan hidup”

lap0ran aPusan vagina

PREPARAT APUSAN VAGINA
Tanggal Praktikum : 23 Februari 2009

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum apusan vagina hewan (Mencit) adalah :
 Untuk membangun keterampilan mahasiswa dalam pembuatan berbagai preparat apusan vagina
 Untuk mengetahui kemungkinan kesalahan apa saja yang dapat terjadi sehingga hasilnya menjadi gagal, sehingga mahasiswa menjadi lebih berhati-hati lagi dalam mengerjakannya
 Menghasilkan preparat awetan apusan vagina yang baik.
 Untuk membedakan kondisi dan warna vagina pada berbagai fase siklus estrus.
 Dapat membedakan bentuk-bentuk sel pada fase estrus (sel epitel, leukosit, kornifikasi, epitel dengan inti berdegenerasi).
 Menentukan fase-fase siklus esrtus berdasarkan data pengamatan.

2. LANDASAN TEORI
Sistem reproduksi memiliki 4 dasar yaitu untuk menghasikan sel telur yang membawa setengah dari sifat genetik keturunan, untuk menyediakan tempat pembuahan selama pemberian nutrisi dan perkembangan fetus dan untuk mekanisme kelahiran. Lokasi sistem reproduksi terletak paralel diatas rektum. Sistem reproduksi dalam terdiri dari ovari, oviduct, dan uterus.
Ovari merupakan organ reproduki yang penting. Terdapat dua ovari yaitu sebelah kanan dan kiri. Besarnya sekitar 1,5 inci dengan tebal sekitar 1 inci dan terletak di dalam suatu membran seperti kantungan ovarian bursa. Ovari bertanggung jawab pada sekresi hormon estrogen dan progesterone dan produksi telur yang baik untuk dibuahi. Telur-telur mulai matang di ovari dalam suatu cairan berisi folikel. Pertumbuhan folikel diatur oleh hormon pituitary, yaitu Follicle Stimulating Hormone (FSH). Selanjutnya sel yang mana dibatasi oleh folikel dan dikelilingi sel telur akan mensekresikan estrogen untuk merespon jumlah hormone pituitary hormone lainnya meningkat yaitu Luteinizing Hormone (LH). Jumlah estrogen mencapai maksimum pada saat fase standing heat. Diikuti dengan meningginya LH pada telur yang dilepaskan dari folikel dan ovulasi yang terjadi.
Oviduct merupakan tabung panjang yang menghubungkan ovari dengan uterus. Di ujung terdekat ovari, oviduct dilebarkan ke dalam infundibulum. Selama fase estrus, posisi infundibulum mengelilingi ovari untuk menjaga sel telur yang terovulasi di dalam oviduct. Oleh karena itu, di dalam oviduct, sel telur berjalan ke arah uterus.
Uterus berbentuk Y terdiri dari kanan dan kiri yang terhuung pada oviduct. Jalan dari kedua tanduknya membentuk tubuh uterus. Uterus berfungsi untuk membawa sel sperma menuju oviduct dan membawa nutrisi dan menyediakan tempat untuk perkembangan janin. Pada anak sapi dinding muskular uterus mempunyai kemampuan untuk ekspulsi pada janin.
 
Gambar : alat-alat reproduksi pada perempuan
Pada mammalia umumnya daur pembiakan dempet dengan daur estrus. Daur ini berdasarkan perubahan berkala pada ovarium, yaitu terdiri dari 2 fase folikel dan lutein.
Banyak hewan yang memiliki daur estrus selaki setahun, disebut monoestrus. Terdapatpada rusa, kijang, harimau, kucing, dan sebagainya. Ada pula yang memiliki daur beberapa kali setahun, disebut polyestrus. Daur estrus terutama yang polyestrus dapat dibedakan atas tahap berikut :
1. Proestrus
Fase proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan berhentinya progesteron dan memperluas untuk memulai estrus. Pada fase ini terjadi pertumbuhan folikel yang sangat cepat. Akhir periode ini adalah efek estrogen pada sistem saluran dan gejala perilaku perkembangan estrus yang dapat diamati. Menurut Shearer (2008), fase proestrus berlangsung sekitar 2-3 hari dan dicirikan dengan pertumbuhan folikel dan produksi estrogen. Peningkatan jumlah estrogen menyebabkan pemasokan darah ke sistem reproduksi untuk meningkatkan pembengkakan sistem dalam. Kelenjar cervix dan vagina dirangsang untuk meningkatkan aktifitas sekretori membangun muatan vagina yang tebal.. Karakteristik sel pada saat proestrus yaitu bentuk sel epitel bulat dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit.

2. Estrus
Estrus merupakan klimaks fase folikel. Pada fase inilah betina siap menerima jantan. Dan pada saat ini pula terjadi ovulasi (kecuali pada hewan yang memerlukan rangsangan seksual lebih dahulu untuk terjadinya ovulasi). Waktu ini betina jadi berahi atau panas.
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate.
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel superfisial.

3. Metaestrus
Fase metestrus diawali dengan penghentian fase estrus Umumnya pada fase ini merupakan fase terbentuknya corpus luteum sehingga ovulasi terjadi selama fase ini. Selain itu pada fase ini juga terjadi peristiwa dikenal sebagai metestrus bleeding .
Pada fase metestrus, histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati. Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus. Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut:
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap (Anonim, 2007).
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.
• Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan
• Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula.
Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama. Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus.

4. Diestrus 
Fase diestrus merupakan fase corpus luteum bekerja secara optimal. Pada sapi hal ini di mulai ketika konsentrasi progresteron darah meningkat dapat dideteksi dan diakhiri dengan regresi corpus luteum. Fase ini disebut juga fase persiapan uterus untuk kehamilan (Anonim, 2008). Fase ini merupakan fase yang terpanjang di dalam siklus estrus. Terjadinya kehamilan atau tidak, CL akan berkembang dengan sendirinya menjadi organ yang fungsional yang menhasilkan sejumlah progesterone. Jika telur yang dibuahi mencapai uterus, maka CL akan dijaga dari kehamilan. Jika telur yang tidak dibuahi sampai ke uterus maka CL akan berfungsi hanya beberapa hari setelah itu maka CL akan meluruh dan akan masuk siklus estrus yang baru (Anonim, 2008).
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina:
• Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
• Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubuh yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
• Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus.
• Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial.


Siklus Estrus pada Mencit
  Fase proestrus
proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat . Proestrus berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase kandungan air pada uterus meningkat dan mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi.

  Fase estrus
Estrus adalah masa keinginan kawin yang ditandai dengan keadaaan tikus tidak tenang, keluar lendir dari dalam vulva, pada fase ini pertumbuhan folikel meningkat dengan cepat, uterus mengalami vaskularisasi dengan maksimal, ovulasi terjadi dengan cepat, dan sel-sel epitelnya mengalami akhir perkembangan/terjadi dengan cepat.





  Fase metaestrus
Metaestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan vaskularitas.


  Fase diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari progesteron (hormon yang dihasilkan dari corpus luteum) tampak dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan korpora lutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya.

Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron. Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus. Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari uterus dan dibawa menuju ovari (Anonim, 2008).

3. ALAT DAN BAHAN
Alat : 
o Objek glass dan cover glass
o Mikroskop
o Bak cuci (tempat membilas preparat)
o Kertas label dan slotip
o Spidol transparan
o Pipet tetes
Bahan :
o Beberapa tetes cairan vagina
o Larutan garam fisiologis (NaCl)
o Pewarna eosin 1 %
o Aquades
o Entelan.

4. CARA KERJA
1. Siapkan objek glass dan cover glass yang sudah dibersihkan dan diberi label pada bagian ujungnya.
2. Ambil larutan NaCl menggunakan pipet tetes.
3. Masukkan ujung pipet tersebut ke dalam lubang vagina mencit.
4. Ambil cairan vigina yang telah tercampurkan dengan NaCl tersebut.
5. Teteskan pada objek glass, tunggu hingga kering.
6. Fiksasi dengan alkohol 70 %.
7. Pewarnaan menggunakan eosin 1 % . Proses pewarnaan ini dilakukan dengan cara meneteskan eosin dengan pipet tetes pada objek glass yang dimiringkan hingga rata, diamkan hingga kering. 
8. Setelah pewarnaan, objek gelas dibilas pada bak cuci menggunakan aquades.
9. Setelah kering amati objek dibawah mikroskop, apabila warna ideal dan sel tampak jelas, beri tanda pada bagian belakang objek glass dengan spidol.
10. Pada objek tersebut tetesi dengan entelan kemudian tutup dengan cover glass.



5. HASIL PENGAMATAN
Tahapan Estrus Gambar
fase proestrus
(preparat awetan) 

fase estrus
(preparat hasil apusan vagina mencit)  
fase metaestrus
(preparat awetan) 

fase diestrus
(preparat awetan) 





6. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, kami menemukan beberapa ciri dari masing-masing fase yang telah diamati, yaitu :
• fase pro-estrus cirinya sel epitelnya bulat dan berinti
• fase estrus cirinya sel epitelnya tidak berinti (kornifikasi)
• fase metaestrus cirinya sel kornifikasi banyak dan leukositnya banyak
• fase diestrus cirinya leukositnya banyak dan mucus (lendir)nya banyak.

7. KESIMPULAN
Mencit yang kami amati dalam proses pembuatan preparat apusan vagina mencit, sedang berada pada fase estrus. Yang ditandai dengan sel epitelnya tidak berinti dan leukositnya sedikit atau hampir tidak ada.



DAFTAR PUSTAKA

Anonym 1. 2007. Hormon. tersedia [online] http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=hormon
Anonym 2. 2008. Estrus pada Mencit. tersedia [online] http://images.google.co.id/imduages?hl=id&q=BIOLOGY&gbv=2
Machmudin,Dadang, dkk. 2009. Embriologi Hewan. Bandung : FPMIPA-UPI


Nephrolepis

LATAR BELAKANG
Ditingkat Internasional, Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman sumber daya alam hayati tertinggi didunia, jauh lebih tinggi daripada Amerika Latin dan Afrika Tropis. Apalagi jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin. Ada sekitar 28.000 jenis tumbuhan yang ditemukan di Indonesia, dari 230.000 jenis tumbuhan yang dikenal di dunia (Lembaga Biologi Nasional,1979).
Satu hal yang sangat ironis, kekayaan hayati yang tidak ternilai harganya tersebut tidak disadari oleh semua warga negara Indonesia. Kenyataan ini nampak dengan tidak terpeliharanya hutan dengan baik di Indonesia. Salah satu contoh terbakarnya hutan pada tahun 1998 yang telah memusnahkan 4.5 juta hektar hutan. Kenyataan lain kurang pedulinya warga terhadap kekayaan alam hayati adalah kurangnya peneliti-peneliti Indonesia yang tertarik pada penelitian–penelitian tumbuh-tumbuhan di Indonesia.
Berdasarkan kenyataan di atas perlu dilakukan berbagai studi tentang kekayaan alam hayati di Indonesia. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengenalan tumbuh-tumbuhan yang ada baik dari segi nama maupun manfaat (Suprapto Ma’at, 1997). Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan alam dan meningkatkan SDA hayati tersebut.



Pteridophyta
“Yang terpenting saat ini adalah bukanlah berapa banyak yang bisa kamu capai, tapi berapa banyak pelajaran yang kau ambil dari proses pencapaian itu”. Graham Stedman

Tiap-tiap usaha manusia kemanfaatannya kembali kepada diriny sendiri.
“Dan barangsiapa bejihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam.” (QS al-‘Ankabut : 6). Dalam ayat ini Allah mengingatkan kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh, karena hasilnya semata-mata untuk diri kita.


PTERIDOPHYTA
1. Karakteristik Pteridophyta

Apa itu Pteridophyta...???
Dalam dunia tumbuhan, para ahli taksonomi membagi tumbuhan dalam dua kelompok yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae. Cryptogamae (cryptos=tersembunyi, gamos=alat perkawinan) ialah golongan tumbuhan yang memiliki alat perkawinan tersembunyi atau tidak jelas, contohnya alga, lumut, dan paku-pakuan. Phanerogamae (Phaneros=tampak jelas) ialah tumbuhan yang memiliki alat perkawinan jelas terlihat atau terbuka, meliputi semua tumbuhan berbunga (Anthophyta) dan tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta).
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormus (dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya). Pteridophyta berasal dari bahasa Greek, yaitu Pteron=sayap, buku. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan dan yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.



a. Ciri-ciri Pteridophyta
Pteridophyta tergolong kromofita sejati, karena sudah menyerupai tumbuhan tinggi yaitu :
 Batangnya bercabang-cabang dan ada yang berkayu.
 Daunnya sudah memiliki urat-urat daun, tetapi ada yang tidak berdaun (contoh : psilotum/paku telanjang) dan berdaun serupa sisik (contoh : Equisetum/paku ekor kuda).
 Rhizoidnya sudah berkembang ke bentuk akar, sudah memiliki berkas pembuluh angkut (xylem dan floem) tipe radiair/menjari, atau tipe konsentris.
Daun tumbuhan paku ada beberapa macam, yaitu tropofil (daun khusus untuk fotosintesis, tidak mengandung spora), sporofil (daun penghasil spora), dan yang kecil-kecil disebut mikrofil, dan yang besar disebut makrofil.
Susunan letak sporangium, (spora dihasilkan didalam kotak spora) paku ada beberapa macam yaitu:
• Sorus : sporangium dalam kotak sporangia terbuka atau berpenutup (indusium).
• Strobilus : sporangia, membentuk suatu karangan bangun kerucut bersama sporofilnya.
• Sporokarpium : sporangia dibungkus oleh daun buah (karpelium).

Berdasarkan spora yang dihasilkan dikenal 3 jenis tumbuhan paku, yaitu :
 Paku Homosfor atau Isospor , menghasilkan satu jenis spora saja, misalnya paku kawat (Lycopodium cvlavatum ).
 Paku heterospor yaitu paku yang menghasilkan dua jenis spora, yakni mikrospora (jantan) dan makrospora (betina).
 Paku peralihan yaitu yang menghasilkan spora yang bentuk dan ukurannya sama (isospora), tetapi jenisnya berbeda.

b. Penyebaran dan habitat Pteridophyta
Pteridophyta hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Artika. Paku-pakuan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Ukurannya berkisar dari yang sangat kecil, seperti paku-pakuan air, sampai kepada yang berbentuk dan yang dapat mencapai ketinggian kira-kira 20 meter (misalnya paku pohon Cyathea sp). Paku-pakuan dari daerah berilkim sedang umumnya tumbuh di daratan, pada tanah atau bebatuan.

c. Manfaat Pteridophyta
Tumbuhan paku mamiliki manfaat dan peranan dalam kehidupan manusia, antara lain :
1. Tanaman hias : Adiantum (suplir), platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku sarang burung), Nephrolepis, Aslophila (paku tiang).
2. Bahan obat : Equisetum (paku ekor kuda), untuk anti deuritik (lancar seni), Cyclophorus untuk obat pusing dan obat luar. Dryopteris untuk obat anti cacing pita, Playticerium bifurcata untuk obat tetes telinga luar, dan Lycopodium untuk anti deuritik dan pencahar lemah dari sporanya.
3. Bahan sayuran : Marsilea (semanggi), Pteridium aqiulinum (paku garuda).
4. Kesuburan tanah : Azolla pinnata, karena bersimbiosis dengan Anabaena (alga biru) yang dapat mengikat unsur Nitrogen dan udara.
5. Sebagai pelindung tanaman di persemaian yatiu paku Glichenia linearis.

2. Reproduksi Pteridophyta

Tumbuhan paku memperlihatkan pergiliran turunan yang jelas seperti halnya Bryophyta, hanya fase gametofitnya masih berbentuk thallus yang disebut pthalium dan sangat kecil bentuknya sehingga tidak mudah terlihat. Adapun fase gametofit lebih singkat daripada sporofitnya. Alat kelamin pada paku yaitu :
 Anteridium menghasilkan spermatozoid
 Arkegonim menghasilkan sel telur
Menurut poros bujurnya, pada embrio tumbuahan paku telah dapat dibedakan dua kutub, atas dan bawah. Kutub atas akan berkembang membentuk tunas (batang beserta daun-daunnya). Kutub bawah, yang letaknya berlawanan dengan ujung tunas dapat juga kita namakan kutub akar. Tetapi hanya pada Spermathophyta saja yang akarnya merupakan perkembangan lanjutan kutub akarnya. Pada pteridophyta kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar. Akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Jadi embrio dari pteridophyta tidak bipolar seperti pada Spermathophyta, tetapi unipolar kerena hanya satu kutub saja yang berkembang. Akar yang keluar pertama-tama itu tidak dominan, melainkan segera disusul oleh akar-akar lain yang semuanya muncul dari batang.
Peristiwa pembentukan akar-akar dari batang yang semua tumbuh ke samping itu dinamakan homorizi. Sedang pembentukan akar-akar yang benar-benar dari kutub akar seperti terdapat pada Spermathophyta itu dinamakan alorizi. 
Untuk kepentingan penyebaran spora, sporofil terdapat agak jauh dari permukaan tanah. Sporangium tumbuhan paku mempunyai lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen (yang menghasilkan spora). Sel-sel sporogen itu membulat, memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora yang haploid dan seringkali tetap bergandengan merupakan suatu tetraeder. Pada hampir semua Pteridophyta, di sekeliling jaringan sporogen terdapat lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma, dan sel-sel tersebut berguna untuk memberi makanan kepada sel-sel sporogen. Sel-sel itu seringkali membentuk lebih dari satu lapis dan dinamakan tapetum. Tapetum menumpahkan isi selnya ke dalam ruang jaringan sporagen atau dindingnya terlarut sehingga plasma melumuri sel-sel induk spora, plasma ini dinamakan periplasmodium. Inti periplasmodium dapat bertambah banyak dengan pembelahan amotosis. Periplasmodium masuk diantara spora-spora muda yang mulai membebaskan diri dari hubungannya sebagai tetrade, memberi makan pada spora itu dan ikut mengambil bagian pada pembentukan dinding spora sampai habis terpakai. Spora yang muda mempunyai dinding yang tebal dan kuat disebut eksosporium. Menempel di sebelah dalamnya terdapat dinding tipis dari selulosa dinamakan endosporium, lapisan luar disebut perisporium. Dengan demikian spora itu mempunyai tiga lapisan dinding, yang berturut-turut dari luar ke dalam perisporium, eksosporium, dan endosporium. Spora hampir selalu tidak mengandung klorofil, tetapi seringkali berwarna agak pirang karena mengandung karotenoid. Pada kebanyakan tumbuhan paku, sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah akan menghasilkan suatu protalium yang mempunyai anteriduim dan arkegonium. Pergiliran keturunan tumbuhan paku yang homospora dengan heterospora, serta peralihan terdapat perbedaan, dapat dilihat pada skema-skema dibawah ini :







Skema Pergiliran keturunan pada Paku Homospora





 

 




Skema pergiliran keturunan pada Paku Heterospora












Skema Pergiliran Keturunan Paku Campuran (Peralihan)

3. Klasifikasi Pteridophyta

Untuk mengetahui kalsifikasai tumbuhan paku, hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
 Ada tidaknya daun, dan bentuk-bentuk daun, serta susunan daunnya.
 Susunan sporangium dan bentuk sporanya.
 Bentuk dan susunan batangnya.
 Susunan anatomi tubuhnya.











Pembagian Bangsa/Ordo dari Pteridophyta
Keterangan
1. kelas : Psilotinae (psilos=telanjang)
• paku primitif,belum memiliki an. sebagian besar anggotanya sudah punah. 
contoh : Pslotum
• sporanguim dibentuk di ketiak daun.
2. kelas : Lycopodiinae (paku kawat/rambut)
• berdaun serupa rambut atau sisik dan batangnya seperti kawat. Duduk daun tersebar.
• sporanguim tersusun dalam strobilus, dibentuk di ujung cabang.
contoh : Lycopodium, Selaginella.
3. kelas : Equsetiinae (equus=kuda, seta=tangkai)
• berdaun serupa sisik dan transparan, susunannya berkarang (dalam satu lingkaran).
• batang berongga dan berbuku-buku atau beruas.
• sporangium tersusun dalam strobilus, membentuk seperti ekor kuda. Sporanya memiliki elater sebanyak 4 buah.
contoh : Equisetum (paku ekor kuda)
4. kelas : Filicinae (filix=tumbuhan paku sejati)
• Berdaun urat besar, duduk daun menyirip.
• Yang hidup di darat membentuk sporangium dalam sorus, sedangkan yang di air membentuk sporangium dalam sporokarpium.
• Daun mudanya menggulung, dan sorus dibentuk di bawah permukaan daun. contoh : Nophrolepis, Dryopteris filix-mas.





FILICINAE

“Kalau kamu mencari kehidupan yang lebih baik daripada kehidupanmu sekarang kamu harus membuat perubahan sendiri, bukan terus menerus menunggu sesuatu terjadi padamu”.Graham Stedman


“Barangsiapa yang cita-citanya adalah dunia pastilah segala urusannya akan Allah cerai-beraikan, dan kemiskinan akan selalu terbayang di hadapan matanya. Sementara dunia yang ia peroleh sebatas yang telah Allah tetapkan baginya. Sedang orang yang cita-citanya adalah akhirat maka Allah akan melengkapi segala urusannya, dan kekayaan akan terbayang dalam hatinya. Sementara dunia akan datang kepadanya dalam keadaan tunduk “ (hadist riwayat Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syikh Al Alban)






FILICINAE
1. Karakteristik Filicinae

Golongan ini terdiri dari beraneka ragam paku-pakuan yang luar biasa banyaknya, meliputi kurang lebih 90% dari jumlah seluruh marga yang tergolong dalam filicinae dan tersebar diseluruh bumi. Terdapat didaerah tropik, paku yang berupa pohon , batangnya dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu roset daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai berapa kali, panjangnya dapat mencapai 3 meter, dan jika gugur meninggalkan bekas-bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk dalam tanah akar-akar itu bertambah panjang , kambium tidak ada, jadi batang tidak mengalami pertumbuhan sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak. Kebanyakan tumbuhan paku adalah herba dengan rimpang yang mendatar, daun yang masih muda selalu menggulung, dan sifat ini sangat karakteristik bagi warga fiicinae pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya. Tulang daunnya bercabang-cabang denga beberapa pola.



2. Reproduksi filicinae

Annulus bekerja sebagai mekanisme kohesi dan menyebabkan terbukanya sporangium, ada atau tidaknya indusium merupakan ciri-ciri pengenal yang sangat penting. Semua warga filices (leptosporangiatae) menghasilkan isospora. Dari spora itu tumbuh protalium, pada jenis-jenis tertentu protonema telah menghasilkan anteridium pada cabang-cabangnya dan arkegonium pada cabang-cabang yang terdiri dari beberapa sel. Pembelahan sel yang terus-menerus akhirnya menghasilkan suatu protalium yang melekat pada subtratnya. Pada pembentukan protalium sel pemula di ujung lalu diganti oleh beberapa sel pemula dan akhirnya terjadilah suatu badan yag bersifat seperti talus. Anteridium dan arkegonium terdapat pada satu protalium, biasanya pada sisi yang tidak menghadap matahari. Anteridium pada Leptosporangiatae berupa suatu tonjolan jaringan berbentuk bulat yang duduk tanpa tangkai pada sel protalium. Arkegonium terdapat pada bagian protalium yang berlekuk dan mulai muncul dari suatu sel permukaan pada protalium yang sudah agak tua. 





3. Klasifikasi Filicinae

Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas, yaitu :
1. Eusporangiatae
2. Leptosporangiatae
3. Hydropterides
 
Anak Kelas Eusporangiatae

Tumbuhan yang tergolong anak kelas ini mempunyai protalium di bawah tanah dan tidak berwarna, atau di bawah tanah dan berwarna hijau. Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa lapis sel , spora sama besar.
Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa :
 Bangsa Ophioglossales
Tumbuhan ini biasanya mempunyai batang di dalam tanah yang pendek, pada bagian bawah mempunyai protostele, daun biasanya mempunyai bagian yang khusus untuk asimilasi, dan bagian lain yang fertil menghasilkan alat-alat reproduksi. Sporangium besar, hampir bulat, tidak mempunyai anulus, dindingnya kuat, membuka dengan suatu retak melintang atau membujur.
Bangsa ini hidup sebagi paku tanah atau epifit. Terdiri dari 3 marga :
 Ophioglossum, sporangium dalam dua baris, letaknya berhadapan pada suatu bulir, jika masak membuka dengan suatu retak melintang.
 Botrychium, tangkai daun fertil bercabang-cabang seperti malai, sporangium tersusun dalam dua baris sepanjang cabang-cabangnya, membuka dengan retak melintang.
 Helminthostachys,sporangium ke segala arah, jika masak pecah menurut suatu retak membujur.
 Bangsa Marattiales
Daun sangat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Tumbuh diatas tanah, berwarna hijau, bentuknya menyerupai talus lumut hati. Terdiri dari atas beberapa lapis sel. Bangsa ini meliputi 3 marga :
 Christensenia, daun menjari, beranak daun 3 atau berbentuk kaki beranak daun 4-5.
 Angiopteris, paku yang besar, daun sampai 2-5 meter menyirip ganda 2-4, anak daun menyerupai daun kedondong. Sorus memanjang, sporangium didalamnya bebas.
 Marattia, panjang daun mencapi 2 m, pada tangkai daun terdapat duri yang merupakan metamorfosis daun penumpu.


Anak kelas LEPTOSPORANGIATAE (FILICES)

Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika. Pengklasifikasian didasarkan pada :
 Pola percabangan tulang-tulang daun mempunyai percabangan dikotom.
 Susunan sporangium yaitu bentuk dan tempat sorus, letak anulus dan ada tidaknya indusium.
Leptosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu :
1. Simplices, sporangium di dalam sorus terjadi secara serempak.
2. Gradatae, sporangium di dalam sorus timbulnya dari atas ke bawah.
3. Mixtae, pembentukan sporangium di dalam sorus tidak beraturan.

Anak Kelas HYDROPTERIDES

Anak kelas ini mempunyai ciri-ciri bersifat heterospora, makrosporanguim dan mikrosporangium berdinding tipis. Tiidak memiliki annulus, terdapat dalam suatu pangkal daun, memiliki sporokarpium yang berdinding tebal dan mula-mula selalu tertutup. Makrosporangium menghasilkan makroapora yang akan tumbuh menjadi makrosporatalium dengan arkegonium. Mikrosporangium menghasilkan mikrospora yang tumbuh menjadi mikrosporatalium dengan anteredium. Anak kelas ini memiliki 2 suku :
1. Suku Salviniaceae
Mangapung bebas pada permukaan air, percabangan sedikit, daun berkarang. Pada tiap buku terdapat 3 daun yang terdiri dari 2 di sebelah atas dan berhadapan , berfungsi sebagai alat pengapung, yang 3 lainnya terdapat di dalam air terbagi-bagi yang merupakan badan-badan yang bentuk dan fungsinya menyerupai akar-akar. Memiliki 2 genus :
• Salvinia, disebut paku air yang mengapung.
• Azolla, umumnya terdapat di derah tropika, bentuk kecil, lunak dan bercabang-cabang, terapung pada permukaan air, memiliki akar pada sisi bawah, dan ada daun yang tenggelam sebagai penyerapan air. 

2. Suku Marsiliaceae
Ciri-cirinya :
• Hidup di paya-paya atau air dangkal.
• Berakar dalam tanah.
• Berbentuk umbi jika hidup di darat.
• Helaian daun berjumlah 4 atau 2, dengan daun muda menggulung.
Memiliki beberapa marga, antar lain :
1. Marsilea, batang merayap, dan daun bertangkai panjang dengan helaian berbelah 4.
2. Pilularia, daun berbentuk ginjal tanpa helaian daun dengan satu sporokarpium pada pangkalnya.
3. Regnellidium, memiliki daun berbelah dua.


Nephrolepis
“kalau kamu menjalani hidup penuh makna, kamu tidak akan membiarkan dirimu dikalahkan atau tersingkir oleh sebuah sistem atau kesulitan sehari-hari” (Graham Stedman)
“Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh, dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah” (QS.Qaf :7)






Nephrolepis
1. Karakteristik Umum Nephrolepis

Bagaimana karakteristik Nephrolepis……????
Nephrolepis memiliki karakterisik yang mudah dikenali :
 Batang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah (rhizoma), kadang-kadang tumbuh di bawah permukaan tanah (stolon) yaitu pada Cyatheaceae, pada sebagian spesies mencapai panjang 20 meter.
 Memiliki daun berwarna hijau sebagai organ fotosintesis, serta memiliki hidatoda pada sisi atas daun. Daun-daun ini dibagi menjadi 3 tipe ;
o Tropofil, daun yang menghasilkan gula untuk fotosintesis.
o Sporofil, daun yang menghasilkan spora untuk perkembangbiakan.
o Bropofil, daun yang menghasilkan lebih banyak spora, lebih besar dari daun-daun yang lain.
 Memiliki akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.

2. Klasifikasi Nephrolepis

Nephrolepis memiliki kurang lebih 20.000 spesies yang merupakan divisi Pteridophyta.
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Beberapa spesies Nephrolepis, antara lain :
 Nephrolepis bisseratum (Paku Harupat)
 Nephrolepis cordifolia (Paku Sepat)
 Nephrolepis exaltata (Paku Gunung)
 Nephrolepis hirsutula (Paku Kinca)
 Nephrolepis falcata (Paku Sepat)
 Nephrolepis multiflora 
 Nephrolepis pectinata

1. Nephrolepis bisserata (paku harupat)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis bisserata

Paku ini dikenal sebagai tanaman hias di pekarangan rumah. Biasanya orang menanm paku harupat di pot-pot atau di pinggir pagar tembok untuk melembutkan suasana.
Di alam paku ini tumbuh di tempat yang terbuka, kadang-kadang tumbuh di tempat yang terlindung, di dataran rendah yang tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula di pohon-pohon palem secara epifit, dapat pula tumbuh di sela-sela bebatuan apabila terisi dengan humus. Orang Sunda menyebutnya paku harupat, mungkin karena suka tumbuh di pohon-pohon palem, kata harupat sebenarnya berarti lidi aren. Mungkin juga nama tersebut berasal dari tangkai daunnya yang tegak dan kaku seperti lidi.
b. Karakteristik 
Tangkai daunnya bersisik lembut, sisik-sisik tersebut berwarna coklat, panjang daunnya dapat mencapai 2 m bila tumbuh di tempat yang cocok. Bentuk daun subur lebih besar dari daun mandul, pada daun subur bentunya lancip dengan dasar yang berkuping. Sporanya terletak dipinggir daun. Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis paku lain karena letak sporanya yang tidak merata.

c. Penyebaran 
Paku harupat umum tersebar di seluruh daerah Asia tropika. Paku ini jarang ditemukan di lereng-lereng gunung namun menyukai dataran rendah.

2. Nephrolepis hirsutula (paku kinca)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis hirsutula

Paku kinca di Indonesia dikenal pula dengan nama paku andam, paku jeler, paku sepat atau paku cecerenean. Sudah banyak dikenal terutama di daerah Sunda.

b. Karakteristik
Tubuhnya berumpun, batangnya pendek. Rimpanynya mula-mula menjalar, kemudian tunbuh tergak, warnanya gelap, tangkainya ditutupi sisik-sisik yang warnanya pucat. Panjangnya 60-100 cm dan ada kalanya lebih panjang. Helaian daun tersusun lebih rapat, bentuknya memanjang dan tepinya agak berombak, helain daun yang letaknya di atas lebih kecil, daun-daun yang subur lebih sempit daipada daun yang mandul. Indusia terdapat ditepi daun bagian bawah, bentuknya bundar seperti ginjal dan bersudut sempit, letaknya berderet-deret.


c. Penyebaran
Penyebarannya luas dari Eropa, Asia, Pasifik, dan Australia. Di jawa banyak dijumpai terutama pada hutan-hutan basah di dataran rendah. Biasanya tumbuh berkelompok atau bercampur dengan jenis tumbuhan lain. Tanah yang berbatu0batu, tanah cadas atau batu-batu kapur adalah tempat yang disukainya. 

d. Manfaat
o Daun mudanya dapat dibuat sayur
o Ikatan pembuluhnya yang kuat dapat dibuat topi.

3. Nephrolepis falcata (paku cecerenean)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis falcata
 Jenis ini sering disebut paku cecerenean atau paku sepat (Sunda) seperti halnya Nephrolepis hirsutula. Dapat berkembang biak dengan cepat.

b. Karakteristik 
Tumbuhnya berumpun dengan rimpang yang padat dan panjang. Rimpang-rimpang inilah yang kelak membantu berkembang biak dengan cepat, entalnya panjang, dapat mencapai 2 m. Daunnya tunggal yang letaknya agak berselang-seling. Bentuknya meruncing, panjangnya 5 cm dan lebarnya 1,5 cm. Tangkai daunnya rapat, panjangnya antara 10-20 cm, pada permukaan tangkai daun terdapat bulu-bulu berwarna coklat tua. Daun yang mandul lebih besar ukurannya dariipada daun yang subur. Indusia terdapat di tepi daun bagian bawah, bentunya hampir bulat, letaknya berderet.

c. Penyebaran 
Jenis ini tersebar luas di Malaysia, Siam, Indochina, Kuba, Meksiko, Peru, Brazil sampai ke Angola dan Australia. Di alam sering ditemukan tumbuh di hutan-hutan dataran rendah sampai ke pengunungan. Tumbuhnya berkelompok atau bercampur dengan tumbuhan lainnya. Bila tumbuh secara epifit, dapat hidup di sela-sela batang pohon, di ketiak pohon aren, atau jenis palem lainnya, bisa juga dijumpai tumbuh bersama-sama rumpun paku sarang burung. Menyukai tanah yang berbatu-batu, tanah gembur di tepi-tepi sungai dan tebing. Di perkebunan-perkebunan besar paku ini termasuk tumbuhan pengganggu.

d. Manfaat 
Dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan baik sekali sebagai penutup tanah atau hiasan batas. 

4. Nephroleps exaltata( paku gunung)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (tumuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Divisio : pteridophyta (tumuhan paku)
Kelas : pteridopsida
Subkelas : polypoditae
Ordo : polypodiales
Familia : dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis exaltata

Tanaman ini biasa disebut paku boston. Nama bahasa inggrisnya boston fern atau sword fern. Mudah mengenali tanaman ini, daunnya hijau muda, dengan bintik hitam di bagian bawah.




b. Karakteristik 
Bintik hitam itu adalah spora untuk perkembangbiakannya. Bentuk daun panjang-panjang, tidak tegak, tidak pula menjuntai. Tanaman ni biasa diletakkan di manapun. Orang umumnya menanam sebagai tanaman pembatas, tanaman di pot untuk penghias ruangan, atau ditanam di pot gantung.


   
3. Reproduksi Nephrolepis

Nephrolepis memilki fase gametofit yang hidupnya bebas. Beberapa ciri reproduksi Nephrolepis:
1. Fase sporofit (diploid) yang menghasilkan spora haploid melalui pembelahan miosis.
2. Spora tersebut tumbuh melalui bagian selnya menjadi gametofit, untuk fotosistesis protalus.
3. Gametofit tersebut menghasilkan gamet (sel sperma dan sel telur) melalui pembelahan mitosis.
4. Selanjutnya sperma membuahi sel telur dengan cara manggabungkan diri pada protalus.
5. Pembuahan sel telur menghasilkan zigot yang diploid dan berkembang melalui pembelahan miosis sehingga menjadi sporofit (tumbuhan Nephrolepis).

4. Habitat Umum Nephrolepis

Nephrolepis dapat ditemukan pada dataran tinggi, daerah kering seperti padang pasir, daerah berair atau area-area terbuka. Selain itu dapat ditemukan 4 tipe habitat Nephrolepis yaitu, hutan rindang yang memiliki celah permukaan berkarang, khususnya yang terlindung dari sinar matahari, terdapat di daerah rawa dan tergenang air, dan tumbuh sebagai epipit pada pohon-pohon tropik.

5. Arti Penting Nephrolepis

Selain sebagai tanaman hias, Nephrolepis ini memiliki manfaat yang istimewa khususnya pada Nephrolepis Exaltata, pelitian Badan Antariksa AS (NASA) menyebutkan tanaman ini sebagai penyerap paling efektif, terutama formaldehid, xylene, trichlloroethylen, dan karbon monoksida. NASA bahkan merekomendasi tanaman ini diletakkan dalam ruangan, karena mampu menyerap formaldehid dari tembok maupun furniture. Selain mudah dikembangkan, mudah perawatannya, tanaman ini pun relative murah harganya.
Selain itu dari segi ekonomi, Nephrolepis memilki manfaat :
• Sebagai bahan pembuatan obat cacing.
• Dapat mengobati kanker perut.
• Digunakan sebagai bahan bangunan di derah-daerah tropis.
• Sebagai sayur-sayuran.
NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PTERIDOPHYTA
1) Nilai Agama/Religius
paku merupakan tumbuhan yang daunnya membentuk bangun sayap, begitulah Allah memperlihatkan sesuatu agar kita mudah mengenalinya. Selain itu paku hidup di alam terbuka dan jarang dipelihara oleh sebagian orang, namun Allah memberikan suatu potensi pada paku ini sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Allah sebaik-baiknya Maha Pencipta, menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia dan penuh tujuan.


2) Nilai Intelektual
Pada awalnya tumbuhan paku (Pteridophyta) dibagi menjadi kelas yaitu :
• Psilotina
Paku tanpa daun (telanjang) dengan sporangium terletak pada buku.
• Equisetiinae
Paku yang sudah memiliki daun berupa sisik atau rambut, dengan duduk daun berkarang dan spora berflagel/ada elater.
• Lycopodiinae 
Paku yang sudah berdaun dan sporangium dalam strobilus dengan duduk daun tersebar pada batang, serta spora tidak berflagel.
• Filicinae
Paku yang sudah berdaun lebar dengan duduk daun membentuk sayap dan sporangium terletak dalam sorus atau sporokarpium.
 Pada perkembangan selajutnya ilmu taksonomi medern menjadikan masing-masing kelas di atas menjadi divisi karena dilihat perbedaan-perbedaan yang mendasar di atas, sedangkan divisi Pteridophyta (pteron=sayap, bulu) hanya terdiri dari kelas Filicinae dengan daun yang berbentuk sayap.
3) Nilai Praktis
Nilai praktis atau kegunaan dari paku dalam kehidupan manusia, antara lain sebagi :
 Tanaman hias : Adiantum (suplir), Nephrolepis, Platycerium (paku tanduk rusa).
 Bahan obat : Equisetum (paku ekor kuda) untuk antideuretik/lancar seni.
 Bahan sayuran : Marsilea (semanggi) 
 Kesuburan tanah : Azolla pinnata

4) Nilai Sosial 
Psilotinae/Psilophyta disebut juga paku tenjang karena paku ini tidak memilki daun, dengan sporangium pada bukunya. Paku ini dilihat dari ilmu evolusi merupakan paku yang paling primitif, dibanding dengan paku jenis lain yang sudah memilki daun. Hal ini mengisyaratkan pada kita bahwa sesuatu yang vulgar atau terbuka bukanlah sebagai sesuatu yang modern atau menandakan suatu kemajuan dalam peradaban, namun sesuatu yang vulgar tersebut menandakan bahwa peradaban itu masih terbelakang.
5) Nilai Pendidikan
Pada paku Heterospor, menghasilkan spora yang berukuran besar (megaspora) tumbuh menjadi prothalium yang menghasilkan arkegonia, sedangkan yang berukuran kecil (mikrspora) tumbuh menjadi prothalium yang menghasilkan anteridia. Hal ini dapat memberikan kita pelajaran bahwa manusia diciptakan laki-laki dan perempuan serta memiliki peranan masing-masing yang begitu penting yang harus dijaga sebagi amanah sang Kholik dengan cara saling menghargai hak-hak satu sama lain.


anaLisis dampak liNgkungan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 
Sejauh ini pembangunan taman kota di berbagai daerah, hanya diperhatikan dari satu aspek saja yakni aspek keindahan, tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi dari aspek-aspek lain seperti aspek ekonomi, sosial dan ekologi bahkan dari aspek fungsi taman itu sendiri. 

Seperti yang kita tahu, bahwa dalam suatu pembangunan harus diperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, begitu juga sebaliknya harus diperhatikan dampak lingkungan terhadap pembangunan itu sendiri. Dalam hal pembangunan perlu diperhitungkan dampak ekologi, karena dari hal ini dapat mengukur keberhasilah suatu daerah dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Semakin minim dampak ekologi, maka semakin siap daerah tersebut untuk menghasilkan pembangunan berkelanjutan, dimana pembangunan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia diharapkan tidak membahayakan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. (Pearman, et al., 1996).

Beragam langkah dilakukan Dinas Pertamanan Kota Mataram untuk menjaga keindahan kota. Sebagai ibu kota provinsi, pembangunan di kota Mataram menghasilkan suatu potensi besar di bidang pariwisata. Kota Mataram dapat mengambil peluang mengembangkan wisata MICE (Metting, Incentive, Convention, and Exhibition). Namun hal ini belum dimanfaatkan dengan maksimal karena minimnya promosi aset dan potensi wisata. (H Ahyar Abduh, 2008). Kondisi ini membuat pariwisata Mataram bergerak lambat. 

Sejauh ini, MICE sudah digarap oleh beberapa kota di Indonesia. MICE merupakan salah satu andalan pariwisata di beberapa negara maju. Dunia MICE merupakan salah satu dunia bisnis yang menjanjikan.

Di kota Mataram, salah satu pembangunan yang sedang dikembangkan adalah pembangunan taman kota Udayana.

 Dilihat dari segi fungsi, bahwa taman kota tersebut berfungsi sebagai tempat rekreasi namun fungsi tersebut kurang maksimal. Hal ini karena kurangnya pengawasan Pemda setempat terhadap keberadaan taman tersebut. Jalan disekitar taman dijadikan sebagai tempat sirkuit balap motor oleh para pemuda, hal ini menjadi salah satu ketakutan masyarakat yang akan berekreasi di taman itu, karena kerap terjadi kecelakaan akibat sirkuit tersebut.

Dari berbagai fenomena yang terjadi atas, menjadi salah satu hal yang mendasari penulisan makalah ini. Bahwa dalam pembangunan dalam suatu daerah, harus diperhatikan dari aspek lingkungan, dan aspek yang lain guna mengwujudkan tujuan pembangunan yakni agar masyarakat dapat merasakan langsung manfaat pembangunan. Selain itu, pembangunan dapat dikembangkan menjadi suatu aset daerah misalnya sebagi salah satu pariwisata kuliner daerah.

1.2 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak pembangunan Taman Kota Udayana untuk pengembangan pariwisata di kota Mataram.

1.3 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana dampak sosial, budaya, ekonomi , dan ekologi pembangunan Taman Kota Udayana terhadap pengembangan pariwisata di kota Mataram ?

1.4 MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai alah satu sumber informasi mengenai lokasi pariwisata daerah khususnya di kota Mataram. Selain itu makalah ini dapat digunakan oleh Pemda setempat sebagai bahan pertimbangan untuk mengoptimalkan potensi daerah yang dimiliki.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian terhadap pembangunan Taman Kota Udayana ini dilakukan di kota Mataram pada bulan Mei dan Juni. Metode yang dilakukan selain pengalaman sendiri adalah dengan wawancara memalui via telphon dan browsing internet.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEJARAH PULAU LOMBOK
Pulau Lombok yang memiliki luas 473.780 ha. Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelat barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam "ekor" di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram, sekaligus sebagai ibukota provinsi. 

Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi 3 kabupaten dan 1 kota: 
 Kotamadya Mataram dengan ibukota Mataram
 Kabupaten Lombok Barat dengan ibukota Gerung
 Kabupaten Lombok Tengah dengan ibukota Praya
 Kabupaten Lombok Timur dengan ibukota Selong

Pada awal abad ke-17, Kerajaan Karangasem dari Bali berhasil menanamkan pengaruhnya di wilayah barat Pulau Lombok dan pada tahun 1750 seluruh wilayah PulauLombok berhasil dikuasai kerajaan Hindu dari Bali itu. Dengan dikuasainya Pulau Lombok oleh Bali, maka orang-orang Bali berdatangan ke Lombok sekaligus membawa serta kebudayaan mereka ke Lombok. Namun pertentangan di antara keluarga kerajaan menyebabkan kekuasaan di Lombok terpecah menjadi empat kerajaan kecil. Pada tahun 1838, Kerajaan Mataram dari Jawa berhasil menguasai Lombok dan juga kemudian menaklukkan Kerajaan Karangasem di Bali. Mataram kemudian menyatukan Lombok dengan Karangasem di bawah kekuasaannya.










Gambar : peta pulau Lombok

2.2 KOTA MATARAM
Kota Mataram merupakan ibukota Propinsi Nusa Tenggara Barat, sekaligus ibukota Pemerintah Kota Mataram yang terdiri dari tiga kecamatan, yaitu kecamatan Ampenan, kecamatan Mataram dan kecamatan Cakranegara.

Jumlah penduduk berdasarkan resgistrasi penduduk tahun 2001 jumlah penduduk Kota Mataram sebesar 320.284 jiwa terdiri dari laki-laki 159.173 jiwa dan perempuan 161.111 jiwa dengan ratio penduduk 98,79 %.

Secara geografis Kota Mataram terletak pada posisi 116’04’116’10’ Bujur Timur dan,08’33-08’38’ lintang Selatan dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Batulayar dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat.
Sebelah Timur : Kecamatan Narmada dan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Selatan : Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat
Sebelah Barat : Selat Lombok.

Visi dan misi Kota Mataram
VISI : Mewujudkan Kota Mataram yang Ibadah Maju dan Religius.
MISI :
  Menggelorakan semangat “Kota IBADAH yang Maju dan Religius” yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan budaya.
  Melestarikan dan meningkatkan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibnas).
  Memberdayakan Ekonomi Rakyat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
  Meningkatkan kualitas SDM serta menggali dan memanfaatkan potensi SDA berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development).
  Memantapkan koordinasi dan kemiteraan.
  Meningkatkan pembangunan, pemeliharaan dan pengembangan fasilitas-fasilitas public.
  Meningkatkan upaya penanggulangan masalah-masalah sosial.

2.2 TAMAN KOTA UDAYANA
Taman ini terdapat di kota Mataram. Dinamakan Taman udayana karena terletak di jalan Udayana. Taman ini juga dikenal dengan sebutan Taman Bumi Gora. Taman ini berukuran cukup luas sekitar 210 x 25 meter di barat Jalan Udayana, Pemkot Mataram sudah mengalokasikan lahan itu khusus untuk taman rekreasi dan olahraga. Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram melalui Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram telah mencanangkan kawasan Udayana sebagai pusat wisata kulinernya Kota Mataram.

Taman Udayana ini mudah ditemukan karena letaknya yang strategis yakni berada dijalan Udayana. Jalan ini merupakan jalan utama masuk ke kota Mataram dari bandara Selaparang. Jalan tersebut dibagi menjadi 2 arah sehingga memudahkan lalu lintas kendaraan. Pembenahan yang telah dilakukan untuk taman ini dapat berupa pemasangan lampu-lampu jalan yang bersifat artistik, pembuatan tugu jalan, penanaman pohon-pohon muda untuk mengganti tanaman yang sudah tua, dan pembutan kolam ikan untuk menambah keindahan taman tersebut. 

Di taman ini juga terdapat batu berukuran besar yang berdiameter ± 2 meter, batu tersebut ditempatkan pada ketinggian ± 7 meter. Keberadaan batu ini dinyatakan ada sejak pemerintahan raja Mataram.
Selain itu, di taman tersebut tersedia berbagai fasilitas yang berupa :
  fasilias bermain anak-anak, seperti perosotan, uji ketangkasan, ayunan, keseimbangan, komedi putar bak TK.
  Tempat ibadah, musholla yang dibangun berukuran 4x4 meter ini dapat memenuhi kebutuhan pengunjung.
  Fasilitas bermain sketter dan juggling. Fasilitas ini diberikan untuk mengasah minat dan hobi para pemuda.
  Tempat parkir kendaraan yang tersedia cukup luas dengan petugas keamanan, ini memberikan kenyamanan untuk para pengunjung sehingga mereka tidak takut kehilangan.

Taman ini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat sekitar, namun dikunjungi juga oleh masyarakat dari luar daerah. Para pengunjung yang datang tidak hanya menikmati keindahan dan kenyamanan taman saja namun mereka dapat menikmati makanan khas Narmada yang dijual disana, yakni terkenal dengan makanan sate bulayak dan makanan khas Lombok yaitu plecing kangkung (Lombok Post, 2009). 

2.3 FUNGSI TAMAN KOTA
Taman kota tidak hanya berfungsi untuk menambah keindahan kota saja, namun memiliki fungsi-fungsi lain. (Anomim, 2008) yakni sebagai berikut :
1. Mengurangi karbondoiksida dan hidrokarbon akibat polusi udara, sehingga masyarakat sekitar dapat menghirup udara sehat.
2. Memperbaiki salinitas air tanah dengan adanya tanaman yang ditanam.
3. taman-taman kota ini memberikan indikasi dapat menciptakan iklim memadai yang dapat menunjang kehidupan makhluk hidup lainnya.
4. Menjadi salah satu fasilitas penting untuk rekreasi masyarakat.

2.4 ACUAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MATARAM
Pembangunan dan pengembangan aset daerah untuk dijadikan salah satu tempat pariwisata, pemerintah kota Mataram mengacu pada :
Peraturan daerah Nomor 14 Tahun 2000 tentang kewenangan kota Mataram sebagai daerah otonom.
Untuk memelihara lingkungan hidup dengan baik, kota Mataram mengacu pada :
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3. Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan;
6. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain;

BAB V
PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 15
(1) Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.
(2) Ketentuan tentang rencana usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta tata cara penyusunan dan
penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
Sedangkan untuk menanggulangi adanya kerusakan fasilitas umum oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, pemerintah kota Mataram mengacu pada :
UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 34
(1) Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau
perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang
lain atau lingkungan hidup, mewajibkan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu.







BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN TAMAN KOTA UDAYANA
Agar pembangunan dapat berfungsi dengan baik maka harus di analisis dampak yang akan ditimbulkannya. Pembangunan juga harus sesuai dengan kebijakan lingkungan hidup secara nasional yang merupakan alah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan suatu good govermance (pemerintahan yang baik). Sehingga hal ini dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan dan pembangunan tersebut dapat memberikan hal yang positif bagi masyarakat sekitar. Begitu juga dengan adanya pembangunan taman-taman kota secara prinsip termasuk fasilitas umum yang dapat diakses oleh siapapun warga kota tanpa membayar uang sepeserpun. Oleh karena itu taman kota yang bagus adalah taman kota yang mampu mengakomodasi berbagai kegiatan (fungsí) pengguna serta dapat digunakan oleh siapa saja (berbagai kelompok umur, jenis kelamin, dan tingkat sosial) termasuk para penyandang cacat. Untuk bisa menjaga kualitas taman kota tidak saja dibutuhkan pemeliharaan taman yang baik, namun pendekatan harus juga dilakukan sejak perencanaan dan perancangan taman.
Dalam perencanaan dan perancangan taman kota, prinsip-prinsip fungsi publik harus diakomodasikan dalam desain. Agar tidak terjadi konflik dalam penggunaan taman diperlukan zonasi. Zonasi dalam bahasa ‘awam’ berarti menentukan suatu area tertentu pada taman yang diperuntukkan bagi kegiatan tertentu ataupun bagi kelompok pengunjung tertentu. Semakin intensif penggunaan suatu area oleh pengunjung maka semakin membutuhkan perhatian dalam hal pemeliharaan untuk menjaga kualitas taman. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah intensitas penggunaan, semakin sedikit upaya pemeliharaan yang dilakukan
Adapun analisis dampak pembangunan Taman Kota Udayana adalah sebagai berikut. 
  Dampak Ekonomi, dari aspek ekonomi, pembangunan Taman Kota Udayana ini dapat memberikan dampak yang positif berupa :
1. Meningkatkan pendapatan Pemda setempat. 
2. Meningkatkan pendapatan penduduk khususnya petugas kebersihan dan PKL. Pemda kota Mataram sudah mengalokasikan tempat untuk PKL sehingga tidak mengganggu kenyamanan taman dan lalu lintas. 

  Dampak Sosial Dan Budaya, dari aspek sosial dan budaya, pembangunan taman ini memberikan hal yang positif, yakni :
1. Mengingatkan tentang sejarah terbentuknya suatu daerah. Dengan keberadaan batu besar di taman ini, mengikatkan kita bahwa pada zaman dulu pernah ada kerajaan yang memerintah di daerah Nusa Tenggara Barat, khususnya di pulau Lombok.
2. Sebagai tempat rekreasi, tidak hanya masyarakat setempat melainkan juga masyarakat luar daerah, hal ini didukung oleh tersedianya makanan khas Narmada yaitu sate bulayak dan makanan khas Lombok yaitu plecing kangkung.
3. Memudahkan transportasi karena merupakan jalan utama dari bandara Selaparang menuju kota mataram.
4. Tersedianya sarana dan prasarana memadai seperti mushola, fasilitas bermain anak-anak, tempat bermain skatter, Juggling. 
Pembangunan taman kota ini juga membawa dampak negatif terhadap sosial dan budaya di daerah tersebut, dampaknya dapat berupa : 
1. Terjadi persaingan antar club motor yang berkumpul. Disepanjang jalan Udayana, sering kali digunakan sebagai tempat nongkrong anak muda. Tterdapat perkumpulan-perkumpulan (club) sesuai dengan merk sepeda motor yang dimiliki masing-masing, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya persaingan antar club.
2. Sering terjadi kecelakaan karena kerap kali digunakan sebagai tempat balapan atau latihan Sirkuit balap motor.
3. Terjadi kemacatan (khususnya pada tahun baru dan konvoi club motor). Pada acara menyambut tahun baru, taman ini dimeriahkan dengan kembang api serta tiupan terompet. Dengan ratusan kendaraan berjejer di sepanjang jalan Udayana. 
4. Kurangnya keamanan pada malam hari sehingga sebagian fasilitas rusak akibat adanya oknum yang tidak bertanggungjawab.

  Dampak ekologi, dikaji dari aspek akologi sendiri, pembangunan taman ini dapat berdampak positif maupun membawa nampak negatif. Dampak positif dapat dijadikan sebagai paru-paru kota karena penanaman berbagai jenis tumbuhan dan membantu memperbaiki salinitas air tanah. Sedangkan dampak yang kurang baik yaitu barkurangnya lahan pertanian yang dulunya sawah dan kebun, sehingga masyarakat sekitar kekurangan sumber pendapatan.


3.2 SOLUSI PENANGGULANAN DAMPAK PEMBANGUNAN TAMAN KOTA UDAYANA
Untuk menanggulangi berbagai dampak dari pembangunan taman kota Udayana ini, Pemda setempat telah melakukan beberapa hal antara lain :
 Untuk mengurangi angka kecelakaan di jalan Udayana akibat balap motor, pemda setempat mengalokasikan lahan seluas sekitar 5.500 m2 atau lebih dari lima hektare untuk meningkatkan sirkuit bertaraf nasional. Pembangunan sirkuit di Selagalas dengan memanfaatkan bekas lapangan balapan kuda, bertujuan menyalurkan bakat atlet balap motor, karena selama ini atlet tidak memiliki sirkuit sehingga melakukan balapan dijalan raya. Hal ini dilakukan oleh Pemda agar jalan disekitar taman menjadi aman sehingga taman tersebut dapat dijadikan salah satu tempat pariwisata yang cukup terkenal.
 Meningkatkan kesiagaan petugas keamanan dalam menertibkan club motor, sehingga tidak meresahkan pengunjung yang lainnya.
 Pemda setempat harus membuat peraturan yang tegas terhadap oknum yang merusak fasilitas umum di taman tersebut.
 Untuk mengatasi masalah warga yang kehilangan sebagian lahan pertaniannya, Pemda telah memberikan ganti rugi seharga lahan yang digunakan, serta mengacu pada peraturan daerah yang sudah ada. (Anomin 2, 2008).





















BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa pembangunan taman kota Udayana yang terletak di Kota Mataram banyak memberikan dampak positif sehingga taman ini dapat dijadikan salah satu tempat pariwisata yang cukup terkenal. Pemanfaatan taman ini dioptimalkan dengan adanya ketegasan Pemda dalam meminimkan berbagai hal yang kurang mendukung dari rencana daerah tentang fungsi pembangunan taman kota itu sendiri.

4.2 SARAN
Saran yang diberikan untuk berbagai pihak yang terkait dengan pembangunan, yakni :
  Untuk pemda setempat, optimalkan aset daerah yang dimiliki, karena hal ini dapat dijadikan sebagai suatu pembangunan yang berkelanjutan.
  Sarana dan prasarana yang ada harus dijaga dengan baik, dan fasilitas yang belum ada perlu dibenahi lagi sehingga memperlihatkan tata kota yang baik.
  Untuk observasi lebih lanjut, perlu adanya data-data yang akurat untuk menunjang pembangunan yang efisien dari berbagai aspek.







DAFTAR PUSTAKA

[Online]Tersedia:http://www.studiolanskap.or.id/kolomkita/m- baskara/taman-kota-gelas-kristal-pajangan.html [13 juni 2009]

[Online]Tersedia : http://kantorpde.blogspot.com/ [13 Juni 2009]
[Online]Tersedia : http://beritadaerah.com/news.php?pg=berita_bali&id=9387&sub=column&page=1 [13 Juni 2009]

[Online]Tersedia : http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/492 [13 Juni 2009]

[Online]Tersedia : http://www.mataramkota.go.id/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=64 [13 Juni 2009]

[Online]Tersedia: http://www.sasak.org/berita/ekonomi/589-vendor-enggan-pakai-tower-bersama-.html [13 Juni 2009]

[Online] Tersedia http://lomboknews.com/2009/04/30/menteri-esdm-mulai-pemancangan-tiang-pertama-pltu-taman-jeranjang/ [13 Juni 2009]

[Online] Tersedia http://antaramataram.com/berita/?rubrik=5&id=287 [13 Juni 2009]

[Online]Tersedia : http://lombokcommunity.blogspot.com/2008_09_07_archive.html [13 Juni 2009]

[Online] Tersedia http://mycityblogging.com/mataram/ [13 Juni 2009]

[Online] Tersedia http://khayalbox.multiply.com/journal/item/2 [13 Juni 2009]





LAMPIRAN 
Beberapa foto taman Udayana :
No Gambar
1. Batu besar yang terletak di pusat taman









2. jalan Udayana








3. Tempat bermain anak-anak 









4. Kondisi pada malam hari




 
5. 
Kondisi tanaman 
 
6. kondisi jalan yang cukup sejuk









7. Pembutan kolam ikan
 
8. Gedung DPRD di jalan Udayana
 

laporan

MAGNOLIOPHYTA
SUBCLASS CARYOPHYLLIIDAE

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari, tanggal : Rabu 25 Maret 2009
Waktu : 10.20-12.00 WIB
Tempat : Laboratorium Struktur Tumbuhan, FPMIPA UPI

B. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 
  Untuk menemukan ciri-ciri familia-familia dalam subkelas Caryophyllidae.
  Untuk menentukan tingkan kemajuan/keprimitifan antar familia dalam subkelas Caryophyllidae.
  Untuk membandingkan tingkan kemajuan/keprimitifan antar familia dalam subkelas Magnoliidae, Hamamelidae, dan Caryophyllidae.

C. LANDASAN TEORI
Subkelas Caryophyllidae merupakan dikotiledone dengan polen trinukleatus dan jarang binukleatus. Ovulum bitegmik dengan plasenta sentralis atau basalis. Subkelas Caryophyllidae terdiri atas 3 ordo, 14 familia, dan kurang lebih 11.000 spesies dan hampir 90% adalah anggota ordo Caryophyllales. Dua ordo lainnya adalah Polygonales dan Plumbaginales (Conqruist, 1981 : 231).
Ordo Caryophyllales terdiri atas 12 familia, yaitu : Phytolacaceae, Nyctaginaceae, Achatocarpaceae, Didieraceae, Aizoaceae, Cactaceae, Chenopodiaceae, Amaranthaceae, Portulacaceae, Basellaceae, Molluginaceae, dan Caryophyllaceae. 
Familia-familia dari ordo Caryophyllales :
a. Familia Nyctaginaceae
Deskripsi umum familia ini adalah herba atau tumbuhan berkayu, daun berhadapan atau tersebar, tanpa daun penumpu, tunggal tanpa lekuk. Bunga bersiri sendiri atau tidak, dengan tenda bunga, beraturan, berkelamin 1 atau 2, pada pangkalnya terdapat daun pelindung hijau atau berwarna, yang kadang-kadang membentuk kelopak semu. Tenda bunga bersatu hijau atau berwarna. Benang sari 1-10, tertancap pada dasar bunga, pada pangkalnya bersatu. Kepala sari beruang 2, bakal buah menumpang duduk atau bertangkai pendek beruang 1. Buah diselubungi oleh pangkal tenda bunga (yang mengeras), bersama-sama membentuk buah semu, tidak pecah. (Steenis, 1978). Genus dari familia Nyctaginaceae adalah Bougainvillea dan Mirabilis. 
b. Famili Amaranthaceae
Ciri umum dari kelas ini adalah habitusnya berupa herba, sehingga sudah termasuk maju dalam segi habitusnya. Daunnya merupakan daun tunggal, dengan letaknya tersebar atau berhadapan. Bunganya tidak begitu menarik, bunganya kecil, tungal, sering diliputi oleh braktea, atau brakteola. 
Setiap bunganya memiliki simetri aktinomorf, bi- atau uniseksual, periantium 3-5 helai, sepaloid kering berbentuk selaput, lepas atau bersatu bagian di bagian dasarnya. Stamen sebanyak perianthiumnya dengan letak berhadapan dengan helaian perianthium. Perianthium lepas-lepas atau bersatu dibawah membentuk tabung. Ovarium superum, 2-3 karpel, 1 ruangan dengan atu atau beberapa ovulum. 
c. Famili Portulacaceae
Habitus umumnya semak smpai herba, umur semusim. Batang bulat, beruas, atau tidak beruas warna hijau atau merah kecoklatan. Daun tunggal, bulat telur, ujung dan 'pangkal tumpul, tepi rata, berdaging, duduk daun tersebar, panjang 1-3 cm, lebar 1-2 cm, warnanya hijau.
Bunga umunya majemuk, terletak di ujung cabang, bunganya kecil, kelopak hijau, dan umunya bertaju dan bersayap, mahkota bentuk jantung, kepala putik tiga sampai dengan lima, warnyana bunga putih, kuning, merah muda. Menhhasilkan buah tunggal, berbentuk kotak, berbiji banyak, dan berwarna hijau. Biji umunya: Bulat, kecil, mengkilat, hitam. Akar, Tunggang, dengan warna putih kotor 
Manfaat : Herba dari tanaman yang termasuk dalam famili ini berkhasiat sebagai obat mencret, obat penurun panas dan obat radang lambung.
d. Famili Caryophyllaceae
Tumbuhan yang termasuk dalam famili ini memiliki Habitus Herba, dengan pola percabangan simpodial, dan umur tumbuhan 1 tahun. Daun merupakan daun tunggal, dengan duduk daun brseling berhadapan. Pola pertulangan daun Brachidodromous.
Bunganya merupakan bunga majemuk, dengan kelamin biseksual (kelamin jantan dan betina berada dalam 1 pohon ). Calix korolnya salah satu bersatu, stamen lepas, dan pistillumnya bercabang 3. Simetri bunganya merupakan simetri syncarp, dengan tipe plasenta centralis. Menghasilkan buah tunggal.
e. Famili Cactaceae
Tumbuhan yang termasuk dalam famili ini memiliki Habitus berupa herba, dengan pola percabagan simpodial, dan umur tumbuhan 2 tahun. Daunnya merupakan daun tunggal, dengan pola duduk daun berkarang, namun belum memiliki pola pertulangan daun, daunnya tereduksi menjadi bentuk duri.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan biseksual, dimana alat perkembang biakan jantan dan betinanya terdapat dalam satu pohon. Bungannya merupakan bunga tunggal, dan termasuk bunga perigonium (tidak bisa dibedakan kalix corola), dan simetri bunga actinomorph. Stamennya lepes-lepas, dan stigma bercabang 5. Kedudukan Ovariumnya inferum, dengan tipe plasenta parietalis, dan menghasilkan buah tunggal. Tumbuhan dalam famili ini biasanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

D. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Mikroskop monokuler.
2. Mikroskop binokuler/lup
3. Gelas objek dan penutupnya
4. Jarum/jara
5. Silet yang tajam.
Bahan : 
Bahan praktikum adalah beberapa spesimen tumbuhan untuk tiap-tiap familia, untuk setiap spesimen harus mencakup cabang dengan daun, bunga, dan bilamana ada buahnya. Pada saat mengambil spesimen perhatikan habitat, habitus, dan umur tumbuhan . Familia-familia yang diamati adalah :
1) Familia Nyactaginaceae ( species : Mirabilis jalapa, Bougainvillea).
2) Familia Cactaceae (species : Mammilaria hahniana)
3) Familia Amaranthaceae (species : Amaranthus)
4) Familia Portulaceae (species : Portulaca oleraceae, Talinum)
5) Familia Caryophyllaceae (species : Dianthus plumaris).

E. LANGKAH KERJA
1. Ambil spesimen tumbuhan yang beraasal dari satu familia, kemudian amati secara bergantian untuk tiap karakteristik.
2. Perhatikanlah batangnya, apakah berkayu atau tidak. Apabila batang berkayu, termasuk tipe apakah habitusnya? Amati pula pola percabangan tumbuhan tersebut.
3. Amati daun, yang mencakup jenis daun, pertulangan daun, dan duduk daun. Apabila memungkinkan amati pula bentuk stomatanya.
4. Amati secara rinci struktur alat perkembangbiakannya. Untuk itu perhatikan tipe perbungaan, jenis kelamin tumbuhan, jumlah dan keadaan perhiasan bunga, jumlah dan keadaan stamen, jumlah dan keadaan pistillum, kelamin bunga dan jenis buah.
5. Dengan menggunakan mikroskop, amatilah sayatan melintang dan membujur ovariun agar dapat mengamati tipe plasenta dan perlekatan karpel.
6. Sajikan lembar pengamatan dalam lembar pengamatan dan beri skor untuk tiap karakter sesuai dengan kriteria penskoran menurut skala filogenetik.




F. HASIL PEMGAMATAN
Tabel 1. Hasil pengamatan
NO KLASIFIKASI GAMBAR TUMBUHAN
1. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Cryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Nyctaginaceae

Genus : Mirabilis

Species : Mirabilis jalapa 

 

Diskripsi species :
Habitus : Semak, semusim, tinggi 50-80 cm.
Batang : Tegak, bulat, permukan licin, beaias, pada buku tumbuh daun dan cabang, putih.
Daun : Tunggal, segi tiga, panjang 5-8 cm lebar 5-10 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan daun menyirip, hijau keputih-putihan.
Bunga : Tungal, bentuk terompet, di ujung batang, benang sari enam, pipih, merah, tangkai sari melengkung ke dalam, panjang ± 3 cm, mahkota 5 cm, diameter 1-1,5 crn, daun pelindung bagian bawah menjadi satu, segi tiga, ujung bertaju lima,kuning.
Buah : Kecil, keras, permukaan berkerut, diameter ±5 mm,bagian dalam putih dan lunak, hitam.
Manfaat :
Biji bunga Mirabilis jalapa ini dapat dijadikan bedak bila dicampur dengan bahan lainnya atau dipakai juga sebagai krem untuk kulit yang terbakar. Selain itu untuk mengobati bisul, sembelit dan bengkak.
Kandungan kimia :
Daun dan bunga Mirabilis jalapa mengandung saponin dan lavonoida.Di samping rtu daunnya juga mengandung tanin dan bunganya mengandung politenol. Biji tanaman tersebut mengandung flavonoida dan politenol.

2. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Nyctaginaceae

Genus : Bougainvillea

Species : Bougainvillea
  
Diskripsi species :
Habitus : perdu
Batang : memiliki duri berbentuk kait sehingga memudahkan memenjat. Panjangnya mencapai 5-15 m.
Daun : tunggal, tangkai daun dan karangan bunga sering berambut halus berwarna jingga.
Bunga : memiliki kelopak bunga berwarna putih, berbentuk tabung kecil, serta helai kelopak berjumlah 5 dikelilingi oleh mahkota bunga sebanyak 3 lembar dengan warna beragam. Mahkota bunga menyerupai kertas dan bersifat tahan lama (everlasting). Bougainvillea ini memiliki daun penumpu yang menarik, yaitu warna merah lembayung, jingga, merah tua atau putih.
Manfaat :
Dapat dijadikan tanaman hias.  
3. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Cactaceae 

Genus : Mammilaria 

Specie : Mammilaria hahniana
  

Deskripsi species :
Habitus : Herba, dengan pola percabagan simpodial, dan umur tumbuhan 2 tahun.
Daun : Merupakan daun tunggal, dengan pola duduk daun berkarang, namun belum memiliki pola pertulangan daun.
Perbungaan : Tumbuhan ini merupakan tumbuhan biseksual, dimana alat perkembang biakan jantan dan betinanya terdapat dalam satu pohon. Bungannya merupakan bunga tunggal, dan termasuk bunga perigonium (tidak bisa dibedakan kalix corola), dan simetri bunga actinomorph. Stamennya lepes-lepas, dan stigma bercabang 5. Kedudukan Ovariumnya inferum, dengan tipe plasenta parietalis, dan menghasilkan buah tunggal.
Manfaat : Sebagai tanaman hias.
4. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Species : Amaranthus
  
Deskripsi species :
Tanaman annual. Batang utama tegak dengan beberapa cabang lateral membentuk semak dalam pertumbuhannya. Beberapa jenis bayam memiliki cabang lateral lebih pendek. Tinggi tanaman dapat mencapai 150 cm. Batang terutama hijau muda atau kemerahan. Daunnya sederhana dengan tulang daun yang jelas berkisar dari warna hijau muda, hijau sampai kemerahan. 
Manfaat :
Kandungan besi pada bayam relatif lebih tinggi daripada sayuran daun lain (besi merupakan penyusun sitokrom, protein yang terlibat dalam fotosintesis) sehingga berguna bagi penderita anemia.

5. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Portulaceae

Genus : Portulaca 

Species : Portulaca oleracea
 

Deskripsi species :
Habitus : Semak, semusim.
Batang : Bulat, beruas, merah kecoklatan.
Daun : Tunggal, bulat telur, ujung dan 'pangkal tumpul, tepi
rata, berdaging, tersebar, panjang 1-3 cm, lebar
1-2 cm, hijau.
Bunga : Majemuk, di ujung cabang, kecil, kelopak hijau, bertaju
dan bersayap, mahkota bentukjantung, kepala
putik tiga sampai dengan lima, putih, kuning,
buah : Kotak, berbiji banyak, hijau.
Biji : Bulat, kecil, mengkilat, hitam.
Akar :Tunggang, putih kotor.
Manfaat :
Herba Portulaca oleraceae berkhasiat sebagai obat mencret, obat penurun
panas dan obat radang lambung.
Kandungan kimia :
Herba portulaca oleracea mengandung saponin dan flavonoicla.
6. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Portulaceae

Genus : Talinum 

Species : Talinum
 

Deskripsi species :
Habitus : Herba, menahun, tinggi 70-80 cm.
Batang : Bulat, berkayu, ungu. 
Daun : Tunggal, bulat telur, ujung membulat, pangkal gambar plasenta talinum
  tumpul, tepi rata, hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk malai, di ujung, bercabang, mahkota
lima, bulat telur, panjang 3-4 mm, benang sari
lima sampai lima belas, tangkai bercabang, merah
keunguan.
Buah : Kotak, bulat, merah kecoklatan alau kuning.
Biji : Pipih, kecil, hitam.
Akar : Tunggang, coklat.
Manfaat :
Akar Talinum paniculatum berkhasiat sebagai obat lemah syahwat.
Kandungan kimia :
Daun Talinum paniculatum mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
7. Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnolipsida

subclass : Caryophyllidae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Caryophyllaceae

Genus : Dianthus

Species : Dianthus plumaris
 

Deskripsi species :
Habitus : Herba, dengan pola percabangan simpodial, dan umur tumbuhan 1 tahun.
Daun : daun merupakan daun tunggal, dengan duduk daun brseling berhadapan. Pola pertulangan daun Brachidodromous.
Perbungaan : Bunganya merupakan bunga majemuk, dengan kelamin biseksual (kelamin jantan dan betina berada dalam 1 pohon ). Calix korolnya salah satu bersatu, stamen lepas, dan pistillumnya bercabang 3. Simetri bunganya merupakan simetri syncarp, dengan tipe plasenta centralis. Menghasilkan buah tunggal.
Manfaat : Tanaman hias, obat diare, penenang, dan anti radang.
Kandungan kimia : Daun dan bunga Dianthus ini mengandung alkaloida dan saponin, di samping itu bunganya, juga mengandung flavonoida dan minyak atsiri.

G. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap masing-masing species, menunjukkan bahwa masing masing-masing spesies memiliki ciri yang maju dan primitif pada ciri-ciri tertentu, untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel yang kami sajikan berikut :
1. Mirabilis jalapa
Ciri maju Ciri Primitif
1. Pola percabangan Sompodial 
2. Calix/corola Perigonium 
3. Stigma bersatu 
4. Kedudukan ovarium Inferum 
5. Bunga Majemuk
6. Perlekatan karpel Syncarp
7. Tipe plasenta Basalis 
8. Menghasilkan Buah Tunggal
9. Habitus semak. 1. Habitus Semak 
2. Daun Tunggal
3. Duduk daun Berseling berhadapan
4. Jenis kelamin Biseksual 
5. Monoecous 
6. Stamen Lepas 
7. Simetri bunga Actinomorph
8. Umur Baberapa tahun
9. Pola pertulangan daun brachidodromous
Tabel 2. Ciri maju dan primitif dari Mirabilis jalapa

2. Bougainvillea
Ciri maju Ciri Primitif
1. Pola percabangan Sompodial 
2. Calix/corola Perigonium 
3. Stigma bersatu 
4. Bunga Majemuk
5. Perlekatan karpel Syncarp
6. Tipe plasenta Basalis 
7. Menghasilkan Buah Tunggal 1. Habitus Semak 
2. Daun Tunggal
3. Duduk daun tersebar
4. Jenis kelamin Biseksual 
5. Monoecous 
6. Stamen Lepas 
7. Simetri bunga Actinomorph
8. Umur tahunan.
9. Kedudukan ovarium superum
10. Pola pertulangan daun brachidodromous
Tabel 3. Ciri maju dan primitif dari Bougainvillea

3. Mammilaria hahniana
Ciri maju Ciri Primitif
1. Habitus herba
2. Duduk daun berkarang
3. Pola percabangan Sompodial 
4. Calix/corola Perigonium 
5. Stigma bercabang 5
6. Kedudukan ovarium inferum
7. Perlekatan karpel Syncarp
8. Menghasilkan Buah Tunggal
9. Umur tumbuhan, 3 tahun. 1. Daun Tunggal
2. Belum memilki pola pertulangan daun.
3. Bunga tunggal
4. Jenis kelamin Biseksual 
5. Monoecous 
6. Stamen Lepas 
7. Simetri bunga Actinomorph
8. Tipe plasenta parietalis
9. Pola pertulangan daun brchidodromous
Tabel 4. Ciri maju dan primitif dari Mamilaria hahniana
4. Amaranthus
Ciri maju Ciri Primitif
1. Habitus herba
2. Pola percabangan Sompodial 
3. Jenis kelamin uniseksual
4. Calix/corola Perigonium 
5. Stigma bercabang 2
6. Perlekatan karpel Syncarp
7. Tipe plasenta basalis
8. Menghasilkan Buah Tunggal
9. Umur tumbuhan, 2 tahun.
10. Bunga majemuk 1. Daun Tunggal
2. Duduk daun tersebar
3. Stamen Lepas 
4. Simetri bunga Actinomorph
5. Pola pertulangan daun brachidodromous.
6. Kedudukan ovarium superum.
7. monorcous

Tabel 5. Ciri maju dan primitif dari Amaranthus sp.

5. Portulaca oleracea
Ciri maju Ciri Primitif
1. Habitus Herba 
2. Pola percabangan Sompodial 
3. Stigma bercabang 7
4. Kedudukan ovarium superum
5. Perlekatan karpel Syncarp
6. Tipe plasenta Centralis 
7. Buah Tunggal 
8. Umur tumbuhan Kurang dari 1 tahun 1. Daun Tunggal 
2. Duduk daun Tersebar 
3. Pertulangan daun Belum berpola
4. Bunga Tunggal 
5. Kelamin tumbuhan Biseksual 
6. Stamen Lepas 
7. Kalix/corola Lepas
8. Simetri bunga Actinomorph 
9. Monoecous 
10. Keududukan ovarium superum
Tabel 6. Ciri maju dan primitif dari Portulaca oleracea

6. Talinum
Ciri maju Ciri Primitif
1. Habitus Herba  
2. Pola percabangan Sompodial
3. Majemuk 
4. Stigma bercabang 3 
5. Pola perlekatan karpel Syncarp 
6. Buah Tunggal 
7. Tipe plasenta Centralis 1. Daun Tunggal
2. Pola duduk daun Tersebar
3. Pola pertulangan daun Brachidodromous 
4. Jenis kelamin Biseksual 
5. Stamen Lepas
6. Stigma Lepas 
7. Simetri bunga Actinomorph 
8. Monoecous 
9. Umur tumbuhan Baberapa tahun
10. Kedudkan ovarium superum.
Tabel 7. Ciri maju dan primitif dari Talinum sp.
7. Dianthus plumaris
Ciri maju Ciri Primitif
1. Habitus Herba
2. Pola percabangan Sompodial 
3. Duduk daun Berseling berhadapan
4. Bunga Majemuk
5. Kalix/corola Salah satu bersatu
6. Stigma bercabang 3 
7. Pola perlekatan karpel Syncarp
8. Buah Tunggal
9. Tipe plasenta Centralis 
10. Umur trumbuhan 1 tahun 1. Daun Tunggal
2. Pola pertulangan daun Brachidodromous 
3. Jenis kelamin Biseksual 
4. Stamen Lepas
5. Simetri bunga Actinomorph 
6. Monoecous 
Tabel 8. Ciri maju dan primitif dari Dianthus pulmaris
Data diatas menunjukkan bahwa msing masing spesies tersebut masih memiliki sifat-sifat primitif dan juga tentunya telah memiliki ciri-ciri maju (berdasarkan skala filogeni). Tabel ditas merupakan hasil analisis dari tabel sakala filogeni yang kami buat (tabel skala filogeni terlampir), dan menunjukkan bahwa spesies yang termaju dalam subclasss Caryophyllidae masih memiliki sifat primitif, namun begitu juga sebaliknya, bahwa species ter primitif berdasarkan hasil pengamatan kami juga telah meiliki ciri modern. Ini menunjukkan bahwa tahap perkembangan masing-masing tumbuhan tersebut belum sempurna, atau sedang menuju ke arah yang lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil perhitungan skala filogeni yang kami lakukan, kami mendapatkan nilai skala filogeni untuk masing-masing species diatas dengan urutan tertinggi kerendah sebagai berikut : 
Tabel 9. Nilai skala filogeni spesies
NO Nama Species Skor Filogeni
1 Amaranthus 52
2 Mirabilis jalapa 49,5
3 Dianthus plumaris 47,5
4 Mammilaria hahniana 46,5
5 Bougainvillea 44
6 Talinum 43
7 Portulaca oleracea 42,5

Berdasarkan tabel skor skala filogeni diatas, dapat kita buat sebuah grafik untuk menunjukkan tingkat kemajuan dari masing-masing spesies diatas sebagai berikut :
 
Berdasarkan grafik diatas, dapat kita simpulkan bahwa Amaranthus sp, merupakan species termaju dalam pengamatan kami kali ini, dan Portulaca oleracea merupakan spesies terprimitif. 
Namun untuk tingkat kemajuan famili, karena kami mengamati beberapa angggota darai masing-masing famili, maka data diatas diturunkan sebagai berikut : 
Tabel 10. Nilai skala filogeni famili
No Famili Spesies Perwakilan Skor Skala Filogeni Rata-Rata
Skor
1 Famili Amaranthaceae Amaranthus sp. 52 52
2 Famili Portulaceae Talinum
Portulaca oleracea 43
42,5 42,75
3 Famili Caryophyllaceae Dianthus plumaris 47,5 47,5
4 Famili Cactaceae Mammilaria hahniana 46,5 46,5
5 Famili Nyctaginaceae Mirabilis jalapa
Bougainvillea 49,5
44 46,75

Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat grafik sebagai berikut :
 
Berdasarkan tabel diatas, dapat kami simpulkan bahwa famili Amaranthaceae merupakan famili yang memiliki tingkat skala filogeni yang palin moderen, disusul oleh, Caryophyllaceae, Nyctaginaceae, Cactaceae, dan yang paling primitif adalah famili Portulaceae.

H. JAWABAN PERTANYAAN SOAL
1. Dapatkah anda menemukan suatu kesamaan yang dimiliki oleh semua spesimen tersebut?
Jawab : Ya, dari hasil pengamatan ditemukan kesamaan semua spesimen dalam hal 
 Pola percabangan yang simpodial
 Jenis daunnya tunggal
 Stamennya lepas
 Simetri bunga actinomorph
 Kelamin tumbuhan monoceous
 Perlekatan karpelnya syncarp
 Jenis buahnya tunggal
2. Ciri-ciri apakah yang membuat semua spesimen tersebut ditempatkan dalam satu subkelas?
Jawab : 
Nyctaginaceae Habitus semak atau perdu, batang simpodial, jenis daun tunggal, pertulangan daun brachidodromous, perbungaan majemuk, plasenta basalis

Cactaceae Habitus herba, batang simpodial, jenis daun tunggal, pertulangan daun belum berpola, perbungaan tunggal, plasenta parietalis

Amaranthaceae Habitus herba, batang simpodial, bunga kecil, daun tunggal letaknya tersebar dan berhadapan
Portulaceae Habitus herba, batang berkayu, daun tunggal berwarna hijau, bunga majemuk

Caryophyllaceae Habitus herba, daun tunggal duduk daun berseling berhadapan, bunga majemuk manfaat tanaman hias

3. Dapatkah anda menemukan perbedaan- perbedaan antara spesimen-spesimen tersebut sehingga mereka dipisahkan dalam familia yang berbeda?
Jawab :
Nyctaginaceae Habitus perdu, duduk daun tersebar, pertulangan daun Brachidodromous, perbungaan majemuk, plasenta basalis
Cactaceae Habitus herba, duduk daun berkarang, pertulangan daun belum berpola, perbungaan tunggal, plasenta parietalis
Amaranthaceae Habitus herba, duduk daun tersebar, pertulangan daun Brachidodromous, perbungaan majemuk, plasenta basalis
Portulaceae Habitus herba, duduk daun tersebar, pertulangan daun Brachidodromous, perbungaan majemuk, plasenta centralis
Caryophyllaceae Habitus herba, duduk daun tersebar, pertulangan daun Brachidodromous, perbungaan majemuk, plasenta centralis

4. Dapatkah anda menemukan ciri khas setiap familia?
Jawab : 
Nyctaginaceae Habitus : Semak, semusim, tinggi 50-80 cm.
Batang : Tegak, bulat, permukan licin, beaias, pada buku tumbuh daun dan cabang, putih.
Daun : Tunggal, segi tiga, panjang 5-8 cm lebar 5-10 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi rata, pertulangan daun menyirip, hijau keputih-putihan.
Bunga : Tungal, bentuk terompet, di ujung batang, benang sari enam, pipih, merah, tangkai sari melengkung ke dalam, panjang ± 3 cm, mahkota 5 cm, diameter 1-1,5 crn, daun pelindung bagian bawah menjadi satu, segi tiga, ujung bertaju lima,kuning.
Buah : Kecil, keras, permukaan berkerut, diameter ±5 mm,bagian dalam putih dan lunak, hitam.
Manfaat :
Biji bunga Mirabilis jalapa ini dapat dijadikan bedak bila dicampur dengan bahan lainnya atau dipakai juga sebagai krem untuk kulit yang terbakar. Selain itu untuk mengobati bisul, sembelit dan bengkak.


Cactaceae Habitus : Herba, dengan pola percabagan simpodial, dan umur tumbuhan 2 tahun.
Daun : Merupakan daun tunggal, dengan pola duduk daun berkarang, namun belum memiliki pola pertulangan daun.
Perbungaan : Tumbuhan ini merupakan tumbuhan biseksual, dimana alat perkembang biakan jantan dan betinanya terdapat dalam satu pohon. Bungannya merupakan bunga tunggal, dan termasuk bunga perigonium (tidak bisa dibedakan kalix corola), dan simetri bunga actinomorph. Stamennya lepes-lepas, dan stigma bercabang 5. Kedudukan Ovariumnya inferum, dengan tipe plasenta parietalis, dan menghasilkan buah tunggal.
Manfaat : Sebagai tanaman hias.
Amaranthaceae Tanaman annual. Batang utama tegak dengan beberapa cabang lateral membentuk semak dalam pertumbuhannya. Beberapa jenis bayam memiliki cabang lateral lebih pendek. Tinggi tanaman dapat mencapai 150 cm. Batang terutama hijau muda atau kemerahan. Daunnya sederhana dengan tulang daun yang jelas berkisar dari warna hijau muda, hijau sampai kemerahan
Portulaceae Habitus : Semak, semusim.
Batang : Bulat, beruas, merah kecoklatan.
Daun : Tunggal, bulat telur, ujung dan 'pangkal tumpul, tepi
rata, berdaging, tersebar, panjang 1-3 cm, lebar
1-2 cm, hijau.
Bunga : Majemuk, di ujung cabang, kecil, kelopak hijau, bertaju
dan bersayap, mahkota bentukjantung, kepala
putik tiga sampai dengan lima, putih, kuning,
buah : Kotak, berbiji banyak, hijau.
Biji : Bulat, kecil, mengkilat, hitam.
Akar :Tunggang, putih kotor.

Caryophyllaceae Habitus : Herba, menahun, tinggi 70-80 cm.
Batang : Bulat, berkayu, ungu.
Daun : Tunggal, bulat telur, ujung membulat, pangkal
  tumpul, tepi rata, hijau.
Bunga : Majemuk, bentuk malai, di ujung, bercabang, mahkota
lima, bulat telur, panjang 3-4 mm, benang sari
lima sampai lima belas, tangkai bercabang, merah
keunguan.
Buah : Kotak, bulat, merah kecoklatan alau kuning.
Biji : Pipih, kecil, hitam.
Akar : Tunggang, coklat.



5. Apabila anda bandingkan tingkat kemajuan/keprimitifan familia-familia tersebut, bagaimanakah urutannya?
Jawab :  
1. Amaranthaceae
2. Caryophyllaceae
3. Nyctaginaceae,
4. Cactaceae
5. Portulaceae
6. Karaktristik apakah yang dimilki oleh familia yang paling maju?
Jawab :
Ciri Kelas Yang Maju
Habitus herba
Pola percabangan Sompodial
Jenis kelamin uniseksual
Calix/corola Perigonium
Stigma bercabang 2
Perlekatan karpel Syncarp
Tipe plasenta basalis
Menghasilkan Buah Tunggal
Umur tumbuhan, 2 tahun.
Bunga majemuk


7. Apabila subkelas Asteriidae dibandingkan dengan subkelas Magnoliidaae dan subkelas Hammamelidae, subkelas Caryophyllidae, subkelas Dilleniidae, dan subkelas Rosidae manakah dari keenam subkelas tersebut yang paling maju?
Jawab : Caryophyllidae, Hammamelidae, Magnoliidaae
8. Ciri apakah yang dimiliki oleh subkelas yyang paling maju?
Jawab : 
1. Habitus herba
2. Pola percabangan Sompodial
3. Jenis kelamin uniseksual
4. Calix/corola Perigonium
5. Stigma bercabang 2
6. Perlekatan karpel Syncarp
7. Tipe plasenta basalis
8. Menghasilkan Buah Tunggal
9. Umur tumbuhan, 2 tahun.
10. Bunga majemuk
9. Apakah kegunaan tumbuhan-tumbuhan tersebut?
Jawab : 
1. Obat-obatan (anggota famili Portulaceae dan Caryophyllaceae) 
2. Tanaman hias (famili Cactaceae, Nyctaginaceae)
3. Bahan makanan (famili Amaranthaceae)




I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat kami simpulkan beberapa hgal sebagai berikut :
1. Ciri dari masing-masing kelas Caryophilidae
a. Nyctaginaceae
  Habitus semak atau perdu
  Batang simpodial
  Jenis daun tunggal
  Pertulangan daun brachidodromous
  Perbungaan majemuk
  Plasenta basalis
b. Cactaceae
  Habitus herba
  Batang simpodial
  Jenis daun tunggal
  Pertulangan daun belum berpola karena daunnya tereduksi menjadi bentuk jarum
  Perbungaan tunggal
  Plasenta parietalis
c. Amaranthaceae
  Habitus herba
  Batang simpodial
  Bunga kecil
  Daun tunggal letaknya tersebar dan berhadapan
d. Portulaceae
  Habitus herba
  Daun tunggal berwarna hijau
  Bunga majemuk
  Daun tebal dan agak keras.
e. Caryophyllaceae
  Habitus herba
  Daun tunggal
  Duduk daun berseling berhadapan
  Bunga majemuk

2. Urutan kemajuan dari famili angggota subclass Caryophyliidae adalah sebagai berikut :
1. Amaranthaceae
2. Caryophyllaceae
3. Nyctaginaceae,
4. Cactaceae
5. Portulaceae
3. Subclass Caryophyliidae lebih maju dari subclass Hamammeliidae, Hamammeliidae lebih maju dari anggota subclass Magnoliidae.


DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen. 2009. Petunjuk Praktikum Botani Phanerogamae. Bandung.Jurusan Pendidikan Biologi UPI. 
http://toiusd.multiply.com/journal/item/25/Amaranthus_spinosus
http://www.smecda.com/TEKNOLOGI%20TEPAT%20GUNA/TTG_PANGAN_KESEHATAN/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-281.pdf
http://www.smecda.com/TEKNOLOGI%20TEPAT%20GUNA/TTG_PANGAN_KESEHATAN/artikel/ttg_tanaman_obat/depkes/buku1/1-240.pdf
http://toiusd.multiply.com/journal/item/245/mirabilis_jalapa
http://adrianasari.wordpress.com/category/flora/
http://www.freewebs.com/arl_ipb_2006/deskripsi/climber_nyctaginaceae.pdf